Lihat ke Halaman Asli

Anak-anak: Mahluk Berhati Bening

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersyukur, hari ini aku diberi kesehatan sehingga bisa mengajak adik bungsu dan adik sepupuku jalan-jalan. Kedua anak kecil itu memang sangat senang setiap diajak jalan. Kunjungan pertama kami adalah perpustakaan Kota Parepare. Mereka berdua—walaupun masih SD—tapi ketertarikannya dengan buku terlihat sangat besar. Aku mengambil kesempatan itu untuk bisa membuat mereka lebih jatuh cinta terhadap buku dan gemar membaca. Terlihat sekali saat di rumah, mereka sibuk mengobrak-abrik beberapa koleksi bukuku lalu dengan antusias membacanya. Ah, kelak aku ingin sekali membuat perpustakaan untuk anak-anak yang gemar membaca namun fasilitas buku bacaannya minim.

Mengapa sasaranku anak-anak? Sebenarnya bukan hanya anak-anak, sih. Umum juga bisa. Tapi fokus utamaku adalah anak-anak. Sebab, mereka bagaikan tunas yang siap tumbuh. Jika dipupuk dengan baik seperti memberi suplemen berupa bimbingan dan fasilitas buku yang lengkap, kelak kegiatan membaca akan menjadi sebuah kebiasaan yang sulit mereka tinggalkan karena telah dilakukan sejak mereka masih kecil. Lalu, kelak kebiasaan itu akan mereka tularkan kelak pada keturunan maupun orang-orang di sekitar mereka. Mereka itu bagaikan air yang bening. Jika dicampur dengan tanah, ia akan keruh. Jika dicampur dengan pewarna merah, ia pun akan berwarna merah, pun dengan warna lainnya. Seperti itulah gambaran seorang anak. Jadi apa mereka di kemudian hari, semua tergantung dari apa yang kita 'campurkan' padanya.

Di perpustakaan, mereka mulai mengitari setiap rak berisi buku cerita anak, lalu beralih ke rak berisi berbagai macam novel. Setelah mendapatkan buku yang menurut mereka menarik, barulah mereka duduk manis di meja pengunjung. Aku juga turut memilih sebuah buku dan duduk berhadapan dengan mereka. Suasana sangat mendukung, walaupun di luar matahari bersinar dengan teriknya, tetapi di dalam kami merasa sejuk. Di dalam perpustakaan hanya ada sekitar 4 orang pengunjung. Heran, bukankah ini hari Ahad? Biasanya ruangan akan dipenuhi oleh siswa-siswi SD maupun mahasiswa. Tetapi ruangan hari ini tampak sepi.

Usai puas membaca, aku mengajak mereka jalan-jalan di sekitar Pasar Senggol yang masih memperlihatkan kesibukan para pedagang yang memasang terpal untuk dijadikan atap jualannya. Kami sekadar melihat-lihat saja karena Pasar Senggol belum buka pada jam itu. Masih sekitar pukul 2 siang. Akhirnya kami singgah di salah satu penjual es teh. Es teh di sini menurutku unik dan tenar di seluruh kota. Kenikmatannya memang memuaskan dahaga. Bahannya sederhana saja, teh dicampur dengan susu berbagai merek semacam Dankau atau kopi sachet semacam Good Bye (Wkwkwk…., plesetin dikit, gak sebut merek). Usai jajan, kami melanjutkan perjalanan ke toko yang menjual berbagai macam barang. Mulai dari pakaian, aksesoris, sepatu, tas, sandal, jilbab, alat-alat sekolah, dan banyak lagi (Tak kuase laa sebut satu-satu). Di sana, kami pun membeli beberapa barang yang kami butuhkan. Namanya anak-anak, pasti banyak ulahnya. Mereka berdua ngobrol panjang-lebar mengomentari setiap benda yang mereka lihat. Aku hanya bertugas untuk membuat mereka bahagia hari ini.

Mengingat waktu sudah sore, kami segera pulang ke rumah. Di rumah, ternyata kami kedatangan tamu. Kedua adik sepupuku beserta orangtuanya juga datang dari kampung sebelah. Suasana rumah makin ramai. Akhirnya bertambah tugasku menyenangkan hati keempat bocah kecil itu. Bahkan yang paling kecil sekitar umur 3 tahun ingin terus dipangku dan membuatku jadi dalang boneka sementara orangtua mereka dengan tanteku yang lainnya mengobrol asyik. Belum lagi, adik sepupuku yang kuajak jalan tadi bercerita panjang lebar mengenai kegiatan sekolahnya, dan tentu harus ditanggapi. Kalau sampai dikacangin bisa ngambek dia. Repotnyaa, beginikah rasanya jadi orangtua?

Hehehe, entah kenapa hari ini aku bahagia sekali bisa sibuk seperti itu. Aku senang berada di tengah-tengah anak kecil. Mendengar celotehan mereka yang jujur dan kadang dicampuradukkan dengan hasil imajinasi mereka. Mendengar protes mereka yang kadang nyelekit. Melihat hasil perbuatan mereka yang kadang membuatku kagum dengan kreatifitasnya. Ah, anak-anak.

Bagi Anda yang masih memiliki anak, ponakan, atau adik, bersyukurlah. Berusahalah untuk selalu ada saat mereka butuh. Berusahalah membuat mereka selalu tersenyum dan bahagia. Berusahalah membuat mereka bisa mengungkapkan isi hatinya. Menurutku, anak kecil adalah manusia paling jujur. Lisan yang mereka keluarkan benar-benar murni dari hati dan pikirannya. Kita yang sudah bukan anak-anak lagi bisa mengambil pelajaran dari mahluk mungil seperti mereka. Sebab, bisa jadi saat mereka besar nanti, hal-hal menyenangkan seperti itu tak akan terulang lagi. Bisa jadi.

Bilik Imajinasi, 24.05.15

Arianonaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline