Dulu, bagi saya alun-alun Selatan hanyalah sebuah lapangan berpasir, yang akan menerbangkan debu-debu jika angin bertiup kencang.
Alun-alun selatan ini menjadi lebih hidup di waktu malam. Penjual wedang jahe, roti bakar dan jajanan lainnya membuka lesehan di trotoar. Ditambah dengan kemeriahan sepeda yang berhias lampu warna-warni yang dikayuh mengelilingi alun-alun, berebut jalan dengan pengendara motor dan mobil yang lewat.
Tapi bukan keramainan seperti itu yang saya sukai. Jadi ketika Jogja Walking Tour membuka rute Alun-alun Selatan, saya langsung mendaftar. Karena saya tahu mas Erwin dari Jogja Walking Tour akan bercerita banyak tentang Alun-alun Selatan
Alun-alun Selatan, seperti halnya semua yang berhubungan dengan keraton Jogja, menampilkan banyak simbol atau perlambangan yang memiliki makna filosofi dibaliknya. Pasti banyak yang tidak tahu bahwa simbol-simbol di Alun-alun Selatan bercerita tentang penggalan siklus kehidupan, dari proses pembentukan, kelahiran, dan perkembangan seorang anak manusia.
Bingung? Wajar sih kalau bingung. Yuk…supaya bingungnya tidak terlalu berkepanjangan, mari kita mulai.
Lapangan Alun-alun Selatan.
Kalau Alun-alun Utara itu halaman depan Keraton, maka Alun-alun Selatan adalah halaman belakangnya. Di Alun-alun Selatan ini dulu digunakan untuk para prajurit berlatih dan memeriksa kesiapan pasukan menjelang tradi Grebeg.
Konon katanya, ketika Keraton Jogja masih melakukan tradisi tarung macam dan kerbau, juga dilakukan di Alun-alun Selatan.
Ada lima jalan masuk ke Alun-alun Selatan, yaitu Jalan Langenastran Kidul, Jalan Langenastran Lor, Jalan Ngadisuryan, Jalan Patehan Lor, dan Jalan Gading. Kenapa lima? Angka lima melambangkan lima panca Indera manusia yang harus selalu kita jaga.
Di sekeliling lapangan Alun-alun Selatan ditanami pohon mangga dari jenis pakel dan kweni. Kata pakel terdengar seperti akil baliq (dewasa) dan kweni adalah wani (berani). Hal ini diartikan sebagai tahap dimana seorang anak sudah beranjak dewasa dimana dia sudah memiliki keberanian, termasuk berani meminang lawan jenisnya untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Dua pohon beringin di tengah Alun-alun Selatan melambangkan pasangan laki-laki dan perempuan.
Tata Desain Keraton