Desember sudah dipenghujung bulan, tapi Jogja nyaris tidak ada hujan. Di akhir November sampai awal Desember sempat turun beberapa kali hujan yang cukup lebat. Semua bergembira, akhirnya musim hujan tiba. Tapi kita semua tertipu. Memasuki minggu kedua hingga nyaris akhir desember langit jogja biru cerah, matahari bersinar Terik sepanjang hari, dan jangan tanya hawa panasnya.
Iseng saya tanya lontarkan pertanyaan ke sebuah grup WA, apakah panas di bulan Desember ini karena ulah pawang hujan supaya proyek nasional besar jalan tol yang menghubungkan Jogja -- Solo dapat selesai sebelum liburan Natal dan akhir tahun.
Jawabannya tidak. Bukan Jogja saja yang panas, tapi hampir seluruh pulau Jawa karena adanya El Nino yang menyebabkan perubahan cuaca.
Balik ke soal pawang hujan,saya tidak mengada-ngada soal itu. Di awal November medsos diramaikan dengan penampakan radar cuaca yang agak aneh di atas Jogja, dimana area sekitar Jogja tampak penuh dengan awan sedangkan area Jogja kosong dan berbentuk lingkaran nyaris bundar.
Lansung saja semua menghubungkan dengan ulah pawang hujan yang mengalihkan awan dari atas Jogja ke tempat lain, agar kontraktor jalan tol dapat merampungkan proyek sebelum liburan natal dan akhir tahun.
Tentu saja BMKG langsung memberi penjelesan ilmiah kenapa peta radar cuaca kosong di atas Jogja adalah karena keterbatasan alat untuk mendeteksi adanya awan tipis diatas Jogja sehingga terlihat seperti kosong dibandingkan dengan area disekitarnya.
Apapun penjelasaannya, baik non-ilmiah ataupun ilmiah, fakta di kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa kita sedang mengalami fenomena El Nino dimana terjadi musim kering yang panjang.
Dulu orang tua sampai anak-anak bisa memperkirakan kapan musim kering dan kapan musim hujan. Namun El Nino ini mematahkan teori yang mengatakan kalau sudah masuk bulan berakhir dengan "ber", September sampai Desember, biasanya sudah mulai musim hujan.
Pertanian adalah salah satu sektor yang paling terdampak dari musim yang tidak teratur ini, karena petani biasanya akan menanam tanaman sesuai dengan ketersediaan air, seperti padi dimusim basah atau palawija dimusim kering.
Berbicara soal petani, ada seorang teman yang berbagi cerita menarik. Beberapa bulan lalu teman saya itu berbincang dengan seorang petani senior. Menurut petani tersebut musim hujan masih lama karena dia masih merasa tanah yang dipijak masih panas, hewan-hewan tanah belum keluar dan posisi matahari belum menunjukan tanda-tanda musim hujan akan segera tiba. Awalnya teman saya tidak percaya, tapi akhirnya terbukti. Jogja masih panas di bulan Desember.
Apakah petani tersebut memiliki "kesaktian" seperti pawang hujan? Tentu saja tidak. Ilmu yang dipraktekan oleh petani tersebut adalah ilmu titen, yang berasal dari Bahasa Jawa niteni yang artinya mengamati/memperhatikan.