"Apa itu namanya kak?" ucapku kepada kakak perawat senior saat berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Itu namanya Minyak Bintang dok, belum pernah dengar?" jawab kakak perawat.
"Ooooh.. itu ternyata yang namanya Minyak Bintang, sering kak sering dengar.. senang sekali akhirnya berkesempatan melihatnya ya kak. Tapi belum pernah tahu lebih lanjut nih asal muasalnya" jawabku sambil memicingkan mata ke arah benda tersebut.
Tepat setelah jam bekerjaku selesai di IGD, aku langsung pulang ke rumah dinas Dokter Internship, lalu melakukan penjelajahan di internet untuk mengetahui lebih lanjut apa itu sebenarnya minyak bintang serta mengapa ia begitu terkenal di kalangan masyarakat sini. Dan mengapa Gentamicin ku 'harus disatukan' dengan minyak terkenal itu.
Mengutip jurnal oleh Mochammad Wahyu Ghani (2015), di sana sang penulis menuliskan bahwa "Minyak bintang merupakan sarana pengobatan personalistik di luar rasionalitas yang dapat menyembuhkan suatu penyakit terutama patah tulang dengan sekejap.
Apabila dihubungkan dengan ilmu medis kedokteran, hal ini adalah sebuah fenomena yang mustahil terjadi. Tetapi hal ini benar-benar terjadi di daerah Kalimantan.
Konon proses pembuatan minyak ini tidak sembarang orang yang mampu membuatnya, minyak ini dibuat dari suatu ramuan tertentu dengan dicampur kekuatan gaib."
"Ooooh..ya ya.." adalah oooh kedua yang aku ucapkan hari ini, dan masih akan ada ooooh selanjutnya dalam tulisan ini.
Aku tiba-tiba memikirkan, mengapa minyak bintang yang tak memiliki laporan efikasi (tingkat menyembuhkan suatu penyakit) lebih dipercaya masyarakat sini ya dibanding salep Gentamicin maupun obat-obat minum antibiotik yang sudah banyaaak sekali jurnal yang melaporkannya.
Rasa penasaran itu kembali menjerumuskanku untuk membaca lebih lanjut bagian-bagian berikutnya dari jurnal ini,