Ketika SD dulu, di buku PMP (Pendidikan Moral Pancasila), ada ilustrasi pedagang gula yang menambahkan kepingan uang logam pada satu sisi timbangannya dan menarik untung secara tidak jujur. Relevan saya ingat ketika di jaman modern dengan kemajuan teknologi sepesat ini ternyata orang mengambil keuntungan tidak sah dengan mencuri "pulsa" pengguna telepon seluler. Makin pusing ketika operator telekomunikasi, content provider, dan regulator semua sibuk membela diri. Dewan Perwakilan Rakyat mau bikin Panja atau Pansus, suatu kelompok yang saya yakin nanti akan disusupi kecurangan juga dan tidak akan menghasilkan apa-apa seperti semua Panja dan Pansus yang sudah dibuat.
Saya bosan mendengar semua omong kosong ini. Orang yang dirugikan menyalahkan penguasa atas lemahnya kontrol. Penguasa menyalahkan pelaku pasar yang tidak jujur. Pelaku pasar membela diri dengan mengatakan bahwa bisnis mereka sudah sesuai dengan regulasi. Satu hal yang jelas, orang banyak dirugikan sampai pada taraf bencana nasional. Tidak ada satu pihak pun yang mengakui bahwa ada ketidakjujuran secara kolektif yang terjadi di sini.
Gagalkah pendidikan moral? Tidak bisa disimpulkan dari sini. Yang jelas, orang gagal mendengarkan dirinya sendiri. Orang gagal mengikuti benak yang berteriak bahwa mengambil milik orang lain dengan tidak sah, walau sedikit, itu adalah salah. Singkat kata, suara hati kita tertutup ketamakan, menjadi lirih di telinga yang tertuli nafsu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H