Lihat ke Halaman Asli

Aria A. Ananta

Sahabat yang Mengenyangkan

Filosofi Jalanan

Diperbarui: 12 Januari 2016   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="jalanan dengan sejuta pelajaran hidup yang tersirat di setiap inci aspalnya"][/caption]

Bismillah..

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Siapa yang tidak tahu jalanan ?

Bukan. Ini bukan tentang pengenyang perut manusia itu. Itu jajanan.

Jalanan hanyalah permata ciptaan manusia yang sejak awal tercipta dirinya, mengikhlaskan seluruh raganya untuk diinjak, dirusak, dilewati manusia tanpa mengharap sebuah belas kasih. Benar - benar tanpa cinta. Karena pada hakekatnya, manusia melewati jalanan dan terus membuat fisiknya merusak, namun sama sekali tidak memohon maaf padanya. Jangankan memohon maaf, hanya sekedar memberikannya sebuah dekapan hangat di tengah dingin yang menusuk di malam hari saja tidak. Teganya..

Sudah terbukti, keberadaan jalanan sungguh penting bagi kita semua. Tapi tunggu sebentar, lalu apa itu filosofi ? Ah, tidak perlu dijabarkan lagi, seorang manusia yang lahir pada abad ke-20 pasti mengerti apa arti kata ini.

Lalu apa korelasi antara filosofi dan jalanan ? Dua hal yang berbeda ini, ternyata menyimpan banyak pelajaran hidup manusia di muka bumi ini. Kehidupan semu yang hanya sementara. Kehidupan yang sering membuat lalai akan tujuan sebenarnya manusia di muka bumi ini. Dan semoga Allah mengampuni dan terus membimbing kita menuju jalan yang lurus. aamiiin

Ya, kembali ke topik, dari jalan yang lurus menuju jalanan berkelok - kelok di ujung gang sana. Pernahkah anda berpikir, bahwa jalan raya yang identik dengan hawa panas, suara bising mesin dan klakson serta ribuan partikel asap hasil pembakaran bensin yang siap "menghujam" wajah kita ini, ternyata memiliki banyak pelajaran hidup. Dapat terlihat dengan kasat mata, kehidupan di jalanan sangatlah keras. Ya, sangat keras. Bagaimana tidak keras, segala komponen di jalanan itu keras; aspal, tiang listrik, trotoar dll hehe, bercanda, jangan tegang.

Mario teguh. Itulah sapaannya. Kata - kata yang dilontarkannya selalu memberikan double damage bagi siapapun yang mendengarkannya. Seakan kita berfikir bahwa hanya beliau-lah yang dapat melawan semua beban hidup ini. Mentransfer segala kesedihan dan cacian menjadi rasa senang dengan pikiran jernih dan hati yang bersih, atau acap kali disebut dengan postive thinking atau khusnuzon dalam bahasa arab. Tapi sayang mario teguh tidak pernah sekalipun memberikan motivasi dalam bahasa arab. Kan bagus ya ?

Kita kembali bergerak ke ujung gang, ya, membahas apa korelasi antara kata filosofi dan jalanan. Mario Teguh sekalipun pasti juga pernah melewati jalanan, menginjaknya dan bahkan tidak memohon maaf atas perlakuannya terhadap jalanan. Tapi jalanan yang begitu hina, dengan eksistensinya untuk diinjak - injak dan dirusak, mampu memberikan pelajaran hidup yang setara dengan Pak Mario.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline