Lihat ke Halaman Asli

Ari Sukmayadi

Pelajar Forever

Jangan Campurkan Politik dan Agama?

Diperbarui: 8 November 2022   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : detik.com

Dilansir dari detik.com, dalam Reuni Relawan Ahok, Diaz Hendropiyono mengatakan agar jangan campurkan politik dan agama.

Sebelum masuk ke "isi", ada rasa gatal ingin mengomentari "kulit"nya terlebih dahulu. Bahwa para relawan itu ternyata sekarang sudah ikut-ikutan jejak kelompok sebelah yang suka diolok-oloknya itu. Ikut-ikutan mengadakan reuni nih ye...hehehe. Udah itu aja, gak usah diperpanjang komentar bagian ini.

Masuk ke isi pernyataan. "Jangan campurkan politik dan agama".

Niat dan tujuan dari pernyataan itu pastinya baik. Kita hormati.

Hanya saja, sebagai warna negara yang diminta untuk teguh memegang Pancasila, kok ya jadi bingung aja. Bukankah Sila Pertama dari Pancasila itu kan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila Pertama lho. Bukankah  Sila Pertama itu yang seharusnya melandasi sila-sila yang lainnya ? Melandasi segal sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk politik ?

Demikian pula, sebagai warga negara yang diminta untuk teguh memegang Bhinneka Tunggal Ika, sama, tambah bingung juga.

Ada satu kelompok keyakinan yang perlu dihormati, misalnya ada pembagian tugas antara kasta Brahmana (agama) dengan Ksatria (politik). 

Tapi satu kelompok keyakinan pula yang mana agama melandasi segala aspek kehidupannya, bahkan kehidupan dunia maupun akhirat. Tidak ada pembagian kasta. Bahkan ketika Nabi-nya hijrah dari Mekkah ke Yastrib untuk menerima amanah memimpin di kota yang baru, maka langkah pertama yang diambil adalah membangun mesjid. Di mesjid itulah segala urusan rakyatnya ditangani. Di mesjid itulah musyawarah dilakukan. Di mesjid itulah urusan pribadi hingga urusan perang dibicarakan.

Apakah keyakinan ini tidak boleh kita hormati juga ?

Ingat Jas Merah. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline