Lihat ke Halaman Asli

Ari Widodo

Mahasiswa

Peran Pemuda Mengaktualisasi Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 6 November 2020   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pandemi Covid-19 menjadi wabah penyakit yang mendunia hingga saat ini. Salah satunya adalah di Indonesia, negara tersebut telah terjangkit pandemi sejak bulan Maret 2020, dan sampai bulan Juni masih mendapatkan kasus dengan pasien positif Covid-19. Pandemi tersebut memberikan dampak yang besar kepada berbagai sektor kehidupan mulai dari ekonomi, budaya, sosial, politik dan salah satunya ialah pendidikan. Pemerintah menerapkan aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk menghadapi pandemi tersebut. Memasuki bulan Juni dan dengan data-data ekonomi yang semakin menurun masyarakat dituntut untuk tetap produktif dalam hal ekonomi dan soial melalui konsep aturan new normal atau yang disebut tatanan hidup/normal baru dengan memperhatikan pentingnya protokol kesehatan yang ketat.  Pendidikan menjadi aspek penting didalam kehidupan bermasyarakat, dengan sistem tatap mukanya. Namun, ketika Indonesia mengalami peristiwa pandemi Covid-19, harus merubah model pendidikan menjadi pembelajaran online melalui aplikasi. Sumberdaya yang dimiliki negara pun dituntut untuk memenuhi penghidupan pendidikan di kalangan menengah dan terutama kelas sosial bawah. Pada kenyataannya, sumberdaya yang dimiliki oleh berbagai daerah di Indonesia tidak mencukupi untuk mencakup pembelajaran online, mulai dari sumberdaya manusia yang kurang memadai, fasilitas pembelajaran yang meliputi internet, komputer atau laptop, jaringan/sinyal, dan website yang belum sepenuhnya terpenuhi, yang masih banyak dirasakan sebagian masyarakat.

Persoalan pembelajaran jarak jauh dirasakan sulit bagi kelas sosial bawah di perkotaan dan pedesaan, hal itu dinyatakan langsung melalui sumber kontan.co.id,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebut sistem belajar jarak jauh sulit diterapkan saat pandemi corona. Sebab, banyak kendala yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Salah satu kendalanya yaitu akses internet dan listrik yang tidak merata hingga ke daerah. Data KPAI menunjukan, banyak murid yang mengeluhkan proses pembelajaran jarak jauh. Keluhan di pengaduan KPAI terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ) muncul dikarenakan keterbatasan kuota, peralatan yang tidak memadai untuk daring, tidak memiliki laptop/Komputer PC, dan beratnya berbagai tugas dengan limit waktu yang sempit. Selanjutnya, didalam keluarga yang kesulitan harus mampu menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya dengan membagi tugas dan menambah perannya dalam hal itu, keberdayaan keluarga menjadi sebuah keharusan di masa pandemi. Beragam masalah dan peliknya PJJ membuat tiap kalangan di masyarakat harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan. Lantas bagaimana peran pemuda dalam mengaktualisasi pembelajaran jarak jauh?

Setelah memahami permasalahan pendidikan di Indonesia di situasi pandemi Covid-19 dan sudah mulai menerapkan new normal di berbagai daerah perkotaan dan pedesaan, penulis memberikan solusi atau gagasan dengan mengenalkan ”Model Kelompok Belajar per-Wilayah”, yaitu sebuah model dengan skema mengelompokkan belajar siswa di berbagai wilayah, misalkan wilayah A yang didalam daerahnya terdapat guru, mahasiswa, siswa/i SMA, siswa/i SMP dan siswa/i SD untuk dapat berkolaborasi belajar bersama di wilayah tersebut, atau wilayah B misal di daerahnya hanya terdapat siswa/i SMA, siswa/i SMP, artinya solusi yang diberikan untuk mengatasi kurangnya sumberdaya internet, manusia, dan fasilitas untuk masyarakat yang tinggal di wilayahnya agar dapat menunjang langsung pembelajarannya. Wilayah A misal mengumpulkan para siswa dari berbagai jenjang dan juga mahasiswa ataupun tenaga pendidik untuk berkumpul belajar bersama, guru memberikan pembelajaran langsung ke jenjang pendidikan dasar dan menengah dan mahasiswa juga dapat memberikan arahan langsung pembelajaran tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat mulai dari masker, sanitasi tangan, dan yang lainnya. Jangka waktu yang dilakukan dalam pelaksanaan model tersebut yaitu tiga hari dalam seminggu untuk hari mengajar, bebas dan teratur sesuai dengan keadaan wilayah kelompok tersebut misal, di hari Senin, Rabu, dan Minggu atau skema yang lain. Kemudian, untuk batasan orang di satu rumah tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah virus Corona menyebar yaitu minimal 5 sampai dengan maksimal 10 orang.

Aspek pendidikan menjadi sektor yang sangat perlu dikembangkan melalui kerja sama antar berbagai pihak tidak hanya kalangan akademisi atau praktisi pendidikan saja, namun mulai dari masyarakat kelas sosial atas, menengah, dan bawah harus saling berkolaborasi dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang baik. Dengan kehidupan sosial pemuda menjadi tonggak utama dalam menyukseskan pendidikan yang berkualitas, bisakah? Penulis menjawab bisa melalui tulisan ini. Melalui hal tersebut dapat mewujudkan generasi muda yang kreatif, produktif, dan inovatif di masa pandemi Covid-19 dalam mengaktualisasi pembelajaran jarak jauh.

Pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki ciri khas semangatnya yang membara, generasi pejuang dalam menunjang masa depan. Pemuda merupakan aktor utama dalam pergerakan kehidupan sosialnya sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang diminatinya. Pemuda akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan sebagai lingkup sekaligus wadah dalam pemuda mengembangkan dirinya di masyarakat menjadi hal utama dalam kehidupan sosial. Secara pembangunan pemuda dimaknai sebagai penerus bangsa dan secara sosial pemuda dimaknai sebagai individu yang mampu aktif dalam pengembangan jiwa sosial.

Kelompok belajar dipilih sebagai solusi efektif untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Kelompok belajar merupakan sebuah sistem sosial dan pendidikan yang berorientasi pada pembangunan masyarakat di lingkungan setempat. Hal ini dikarenakan para pemuda/mahasiswa dalam kelompok belajar tersebut dapat mengajari adik-adiknya yang masih SD-SMA untuk belajar. Kekurangan dari PJJ yang menjadikan pembelajaran terhambat karena sulit memahami materi secara virtual dapat terbantu memahami. Pemuda yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi dapat mengajari adik-adiknya, dan mereka juga secara tidak langsung sedang melaksanakan nilai pengabdian kepada  masyarakat dan pengajaran untuk mengasah skill mengajarnya, yaitu pelajaran untuk bersabar dan melatih komunikasi dengan lawan bicaranya. Selain sisi pendidikan, “Kelompok Belajar” juga memberikan manfaat bagi sisi sosial masyarakat. Wilayah (RW), dalam hal ini fungsi RW yaitu sebagai pusat kontrol yang salah satu tugasnya yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama kepada masing – masing ketua RT diwilayahnya dan tentunya dengan bantuan dan gerakan dari semangat pemuda. Setelah melakukan sosialisasi para ketua RT bersama anggotanya mendata identitas jenjang pendidikan serta profesi guru di wilayah tersebut untuk kemudian mendapatkan kartu identitas peserta dan pelaksana kegiatan. Adapun jika disalah satu RT ada yang tidak terdapat tenaga pendidik, maka bisa koordinasi dengan kepala RW diwilayah tersebut untuk selanjutnya diberikan alternatif tenaga pendidik dari RT yang lainnya.

Inisiasi dan ekseskusi dari pemuda sangat diperlukan dalam membantu wilayah sekitar untuk dapat mengaktualisasi pembelajaran jarak jauh, membantu kesulitan siswa dalam pembelajaran dari setiap aspek dalam pembelajaran. Pemuda menjadi juru dalam menjalankan keberlangsungan keseimbangan sistem sosial di masyarakat sebagai perannya dalam menjalankan kontrol sosial dengan menyampaikan aspirasi-aspirasi yang dimilikinya dari persoalan-persoalan masyarakat. Artinya, pendidikan menjadikan pemuda memiliki solidaritas sosial di masyarakat. Pemuda pun memiliki peran dalam menjalankan sosialisasi perihal edukasi, inovasi dan pembaruan untuk dapat memberikan solusi kepada masyarakat agar keberlangsungan pendidikan dapat langsung diterapkan didalam lingkungan kehidupannya. Dengan begitu, pendidikan membentuk pemuda menjadi pemimpin yang dapat menyampaikan, mengarahkan, memberikan saran, mengkritik, mengaspirasi, mengedukasi dan yang lainnya dalam menunjang keberlangsungan kehidupan masyarakat dan kesiapan dirinya di masa depan.

Konsep yang digagas diatas pada saat ini sudah dijalankan oleh Badan/Organisasi Mahasiswa yaitu Permadani Diksi Nasional yang berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nama program Volunteer Mengajar Dari Rumah, walau dengan konsep yang berbeda, tetapi pelaksanaannya sama, hingga saat ini sudah memasuki batch II. Hal tersebut sangat luar biasa dalam mengaktualisasi pembelajaran jarak jauh dengan membantu para orang tua dan guru di dalam pembelajaran. Artinya, sangat penting peran pemuda khususnya mahasiswa dengan konsep, ide dan semangatnya di masa pandemi untuk dapat menjalankan nilai pengabdian dan pengajaran di kehidupan sosial masyarakat. Komitmen, tanggung jawab dan konsistensi penuh harus selalu berada dalam diri pemuda untuk dapat meningkatkan aktualisasi dirinya dan kemampuannya dalam kehidupan sosial terkhusus pendidikan di situasi dan kondisi apapun. Pandemi bukan menjadi hambatan untuk dapat mengaktualisasi diri, namun dengan adanya pandemi kita bisa mengaktualisasikan diri dan belajar memahami dengan kondisi dan situasi yang ada dan beradaptasi dengannya untuk tetap dapat produktif dan tetap berada pada aturan yang berlaku, yakni mencegah penyebaran pandemi agar keberlangsungan tetap berjalan dengan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline