Lihat ke Halaman Asli

Ari Kurniawati

Be the best what ever you are

Penerapan Budaya Positif

Diperbarui: 16 Desember 2021   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyusunan Kesepakatan Kelas/dokpri

PGP-Angk 2- Kabupaten Malang-Ari Kurniawati-1.4. Aksi Nyata                                                                                                        

Penerapan Budaya Positif

Latar Belakang

Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Jika budaya positif ini sudah menjadi kebiasaan maka akan tumbuh menjadi sebuah karakter baik. 

Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik dalam lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Salah satu contoh penerapan budaya positif di sekolah adalah pembuatan kesepakatan kelas oleh wali kelas, yang bertujuan menumbuhkan tanggung jawab dan kepedulian siswa di kelas.

Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru.  Kesepatakan yang di buat dapat menampung aspirasi guru dan murid. 

Konsekuensi yang ditimbulkan menjadi bagian kesepakatan yang harus diikuti. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya positif di kelas.

Dalam masa pandemi, kesepakatan bersama juga sama pentingnya terutama dalam melaksanakan protocol kesehatan yaitu 3M (Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak). Tidak kalah pentingnya juga penerapan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) serta mengaji pada awal dan akhir pelajaran serta kegiatan literasi/ Gerakan Sinesa Membaca/ GSM. 

Walaupun kegiatan ini sudah dilkasanakan di SMPN 1 Singosari, tetapi dengan adanya pandemic dan pembelajaran daring maka kegiatan tersebut perlu digalakkan kembali.

Tujuan utama dari pendidikan karakter juga bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menumbuhkan moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline