Lihat ke Halaman Asli

Ari Kurniawati

Be the best what ever you are

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Diperbarui: 12 September 2021   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan dalam mengelaborasi metode pembelajaran yang berpihak pada murid. Keputusan yang di ambil guru akan menentukan arah dan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Hal itu disebut dengan well being ekosistem Pendidikan. Guru dapat menerapkan system among. Sistem among itu berdasarkan pada asah, asih, asuh (care dedication based on love). Sistem among juga bersendikan pada kodrat alam dan kemerdekaan anak.

Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara pada sistem among yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Ngarso Sung Tulodo artinya seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Ibarat magnet, pemimpin harus mampu menarik partikel-partikel disekitarnya untuk bisa diajak bersinergi mencapai sebuah visi sekolah. Ing Madya Mangun Karso artinya pemimpin(guru) harus bisa bekerjasama dengan muridnya. Mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melangar etika Pendidikan. Tut Wuri Handayani artinya pemimpin (guru) berperan sebagai motivator yang mampu mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi yang di miliki murid.

Pernahkan bapak ibu menghadapai sebuah situasi dilema etika atau bujukan moral sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah? Apa itu dilema etika atau bujkan moral?  Dilema Etika merupakan situasi yang  terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan Bujukan Moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.

Di sini lah diperlukan nilai dari seorang guru penggerak. Nilai ini akan mempengarui keputusan yang di ambil, kemauan untuk trus belajar secara mandiri, berkolaborasi Bersama rekan sejawat, dan selalu mencoba berinovasi dan merefleksi setiap langkah yang telah dilewati, sehingga diharapkan membuat keputusan yang di ambil  akan selalau berpihak kepada murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Diharapkan arah dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Efektif tidaknya pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama teknik coaching model TIRTA. Teknik coaching akan menjawab pertanyaan dalam diri untuk memunculkan potensi diri dalam menyelesaiakn situasi yang menimbulkan dilema bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keterampilan coaching akan membantu guru dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Kedua perlunya kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan yang tepat. Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh. Sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Sembilan langkah pengambilan keputusan

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Siapa saja yang terlibat
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  • Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran dan uji panutan/idola)
  • Pengujian paradigma benar lawan benar
  • Melakukan Prinsip Resolusi
  • Investigasi Opsi Trilemma
  • Buat keputusan
  • Tinjau dan refleksikan keputusan.

Terdapat 4 Paradigma dalam situasi dilema etika yang dapat terjadi dalam pengambilan keputusan.

Individu lawan masyarakat (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline