Lihat ke Halaman Asli

arham hamid

lahir di selayar , besar di makassar dan menetap di kendari

Warkop, Ruang Publik yang Paling Humanis

Diperbarui: 4 Juni 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

RUANG PUBLIK YANG HUMANIS

Kalau ada yang bertanya di manakah tempat yang paling humanis? Jawabannya sederhana dan singkat WARUNG KOPI, lho kenapa? Iya warung kopi tempat yang paling humanis.

Warung kopi adalah tempat bertemunya orang dari berbagai suku, ras , dari beragam status sosial dan lembaga bahkan dalam rev industry 4.0 ini warung kopi kerap dijadikan tempat bermain internet karena sudah dilengkapi dengan koneksi Internet.

Warung kopi dalam pandangan yang luas sudah menjadi bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Ngopi bukan hanya sekedar menikmati secangkir kopi tetapi disitu kerap terjadi keakraban yang membuat terjadinya sebuah pertukaran informasi dan diskusi bahkan tidak jarang terjadi kesepakatan bisnis yang berakhir dengan penandatangan kontrak.

Merujuk dari berbagai pandangan tentang warung kopi yang paling menaraik dibahas di dalamnya adalah bagaimana pada awalnya ngopi itu  bukan hanya sekedar mengisi waktu dan tempat untuk mengisi waktu luang saja, namun dalam perkembangannya ngopi menjadi sebuah gaya hidup hingga akhirnya terbentuk subkultur dalam masyarakat yang biasa kita sebut dengan komunitas dalam hal ini komunitas warung kopi.

Sebagian penikmat kopi mungkin menganggap menikmati kopi hanya dilakukan di waktu senggang dan dilakukan di tempat mana saja. Namun komunitas tertentu atau kalangan tertentu sensasi rasa kopi dapat disertai dengan sebuah interaksi yang luas misalnya, mahasiswa sambil ngopi dapat berdiskusi, pebisnis sambil ngopi dapat merajut hubungan dengan relasinya. 

Bahkan sekarang, menikmati secangkir kopi tidak bermakna kalau tidak dilakukan dengan diskusi kecil, bisa dibayangkan dengan beragamnya orang yang menikmati kopi mulai dari pekerja biasa, eksekutif muda, eksekutif senior, birokrat dan masyarakat umum berkumpul minum kopi sambil berdiskusi kecil maka potensi besar adalah terbentuknya pembauran sosial yang membuat tidak ada sekat di antara penikmat tersebut.

Pembauran sosial tadi membuat warung kopi telah menjadi ruang publik, artinya ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. 

Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial.

Keinginan ngopi di warkop tidak mutlak disebabkan oleh rasa dan aroma kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Fenomena ini makin mempertegas makna ngopi dalam tradisi masyarakat di Indonesia. 

Aktivitas minum kopi adalah media interaksi antar masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. Fungsi warung kopi mulai bergeser, dari tempat minum menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai tempat melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang hiburan. Bahkan di era Pandemi Covid, warung kopi menjadi rumah kedua bagi sebagian orang .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline