Lihat ke Halaman Asli

Arham Haryadi

Penulis lepas

Sejarah Kuliner Nusantara: Memasak Itu Seksi

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah seni racik meracik di Indonesia kini telah berubah, yang dulunya hanya dianggap biasa - paling banter agak biasa - kini jadi semakin full entertaining layaknya sebuah panggung pertunjukan. Pertunjukan yang menciptakan kisah legenda kuliner nusantara, yang tak lagi identik dengan kegiatan ibu-ibu. Memasak itu gaya hidup, memasak itu seksi. Ingat juga tentang nostalgia kisah legenda kuliner nusantara saya :D

Nah menurut saya mereka inilah yang (ikut) mendefinisikan memasak sebagai kegiatan yang seksi.

Rima Melati Adams

Mantan finalis Miss Singapore Universe 2001 ini baru mulai populer setelah dilirik Global TV memandu acara Kitchen Beib. Menurut rima, masakan Melayu memiliki bumbu yang lebih “menantang” ketimbang kuliner Barat. Apalagi, dalam dirinya mengalir darah Indonesia dari sang ibu. “Nenek dari Ibu saya, kan, berasal dari Cirebon dan kakek dari Padang. Ketika saya berumur 6 tahun, Ibu bercerai dari Ayah yang berdarah Australia. Setelah itu, kami tinggal bersama Ibu. Itu mengapa saya lebih menyukai makanan Melayu dibanding jenis makanan lain,” Kini Rima sedang menggoreskan banyak cerita, semoga beliau bisa menjadi bagian kisah legenda kuliner nusantara.

Vindy Lee

SebenarnyaVindy sama sekali tak pernah duduk di sekolah kuliner, bahkan jurusan yang diambilnya di University of Soutern California adalah bidang politik.

Lulus kuliah, Vindy nekat terjun ke dunia kuliner secara profesional. “Saya belajar masak di restoran Prancis di Amerika. Memang saya sudah biasa masak. Tapi, kalau di restoran, kan, beda, ya,”.

Tahun 2005, Vindy memutuskan jadi personal chef . “Saya ingin fokus ke masakan rumah. Kadang saya juga memberi pelatihan atau kursus privat.” Sebagai personal chef , Vindy sering diundang oleh keluarga-keluarga pebisnis besar di Amerika yang tengah menjamu teman atau kerabat di rumahnya.

“Di Amerika, ada kebiasaan entertainment home , menjamu teman atau relasi di rumahnya yang besar dan bagus, agar tamunya berkesan. Rata-rata yang menggunakan jasa personal chef adalah orang yang mengerti makanan. Sebaliknya, orang Indonesia kalau mau makan besar malah ke restoran. Nah, sebagai personal chef , saya memasak di rumah-rumah itu dengan membawa asisten. Sebelum deal akan memasak di rumah mereka, saya diskusi dulu, mereka mau makan apa?”

Pernahkah Vindy menawarkan masakan Indonesia kepada kliennya? “Oh, pernah. Mereka terkesan karena masakan Indonesia banyak bumbunya, seperti soto,” menurut Vindy yang kini masih menjadi personal chef di Jakarta dan Bali .Saat ini Vindy menulis buku agar bisa mengembalikan kesenangan memasak di rumah. My goal is bring back home cooking ,”“Bagi saya, makanan itu sangat seksi. Kalau suatu makanan terlihat bagus, wangi, namanya terdengar enak, lalu ketika dimakan orang akan berseru, “Oh my God!” Nah, itulah seksi,”.

Semoga seni meracik di Indonesia, lewat festival jajanan bango dengan tema kisah legenda kuliner nusantara bisa mendapatkan apresiasi lebih baik dari segi kemikmatan rasa, maupun pembayaran tentunya :).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline