Lihat ke Halaman Asli

Bunda Aybad

emak yang gemar menulis

Filosofi di Balik Anosmia (Part 1)

Diperbarui: 13 September 2021   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anosmia, salah satu gejala khas Covid-19/pixabay/ELG21

Akhir 2019 dunia dikejutkan dengan datangnya virus asing yang keberadaannya menghebohkan seantero jagad. Bahkan virus Corona yang berubah panggilan menjadi Covid-19 memiliki keahlian untuk bermutasi dan sampai sekarang sudah menghasilkan varian yang kesekian.

Vaksinasi sebagai benteng pertahanan imun digerakkan di seluruh dunia. Berbagai macam nama vaksin diproduksi massal dengan efikasi yang berbeda-beda terhadap virus.

Meskipun diproduksi massal, jumlahnya tergolong sedikit karena banyak negara yang saling berebut untuk mendapatkannya. Akan tetapi ada juga negara yang memiliki jumlah berlebih untuk rakyat negaranya sendiri.

Para penyintas Covid-19, sebutan orang yang pernah terkonfirmasi Covid-19 pasti pernah mengalami efek pasca terinfeksi virus ini.  Efek pasca Covid-19 yang umum terjadi adalah badan lemas, sesak nafas, dan masih mengalami batuk.

Efek lainnya dengan persentase yang kecil, sebut saja masih mengalami anosmia, menstruasi yang tidak teratur, bahkan sampai ada yang cegukan berulang-ulang dalam satu harinya.

Salah satu gejala khas Covid-19 adalah kehilangan indera penciuman atau bisa disebut anosmia. Anosmia ini juga bisa mengakibatkan menurunnya nafsu makan dan bisa terjadi setelah dinyatakan negatif Covid-19. Artinya anosmia ini bisa berlangsung lebih dari dua minggu.

Saya sendiri merasakan anosmia ini beberapa minggu terakhir. Entahlah apa karena sakit flu biasa atau karena terjangkit virus Covid-19 ini, karena tidak melakukan tes Swab.

Awalnya anosmia ini tidak tersadari dan tiba-tiba saja terjadi, walaupun saya memang mengalami gejala lain khas gejala Covid-19. Menurut yang saya baca, anosmia juga bisa terjadi pada seseorang yang sakit flu biasa.

Saat memetik daun jeruk untuk bumbu masakan, spontan ingin mencium baunya. Beberapa kali memastikan sambil menyobek-nyobek daun, tapi tetap tidak berbau jeruk sama sekali. Bahkan bau terasi yang sangat menyengat-pun tak terasa sama sekali.

Awalnya memang terganggu, karena benar-benar tidak merasakan bau apapun saat memasak. Bahkan indera pengecap pun ikut terganggu karenanya. Entahlah hasil masakan rasanya seperti apa. Akhirnya memasak dilakukan dengan intuisi dan kebiasaan masak sehari-hari saja.

Anosmia ini saya rasakan sampai lebih dari dua minggu, bahkan lebih dari satu bulan. Terkadang bisa merasakan bau sekelebat saja. Bisa diibaratkan bau yang tercium sangat tipis sekali, seperti sehelai benang yang paling tipis dan halus. Kemudian hilang begitu saja dan saya kembali ke keadaan semula tak bisa mencium bau lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline