Lihat ke Halaman Asli

Disaat Partai #Turuntangan Menolong Korban Bencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu ini saya sering mendengar masalah tentang penggunaan atribut partai ketika membantu korban bencana alam. “Kalau ikhlas menolong, kenapa harus pakai atribut segala ?”, ungkap mereka. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sebagai manusia bisa membaca hati dan pikiran orang lain, entah ikhlas atau tidaknya seseorang ? Disebutkan oleh seorang bijak bahwa perumpamaan keikhlasan seseorang itu ibarat semut hitam yang berjalan di atas batu yang hitam, jadi sulit untuk dilihat. Dalam alquran juga dijelaskan mengenai ini, "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (2:274) Jadi tidak ada yang salah, mau dilakukan secara terang - terangan menggunakan atribut ataupun sembunyi - sembunyi tanpa menggunakan atribut, kedua - duanya sama - sama mendapatkan pahala di sisi Tuhannya. Yang tau ikhlas atau gaknya hati manusia ya cuma Allah. Lantas, apakah partai yang menolong korban bencana dengan menggunakan atributnya lebih hina daripada partai yang berdiam diri dan tidak mau menolong ? Apakah hanya karena menggunakan atribut saja, lantas dijudge tidak ikhlas ? Lalu bagaimana dengan militer yang membantu korban bencana yang menggunakan seragam militernya ? bagaimana pula teman - teman  PMI yang juga menggunakan atributnya ketika menolong korban bencana ? kenapa hanya partai yang  dipermasalahkan ? bukankah partai politik juga punya hak buat menolong sesama ? Kalau kita lihat di alquran, ternyata orang - orang yang seperti itu juga diceritakan, "(orang-orang munafik itu) Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih." (9:79) Kita sibuk mencela #kerja orang lain, lah kita sudah berbuat apa. Kita sibuk mencela #partai yang membagikan masker gratis ke korban bencana Kelud, lah kita udah bisa kerja lebih gak dari mereka, minimal bagiin masker gratis ke teman - teman terdekat. Kita sibuk mencela partai yang bantu korban bencana banjir di Jakarta, yang mereka sudah merelakan harta dan tenaga buat bantu korban bencana. Lah kita sudah nyumbang apa buat mereka ? jangan - jangan selama ini kita hanya bisa nontonin mereka aja di tv dan gak bisa berbuat apa - apa. Mari kita #introspeksi diri masing - masing teman. seharusnya kita seperti apa yang dikatakan pepatah, “Lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan”. Sudahlah, #Bekerja Saja, bukan karena kritikan atau pujian yang membuat seseorang itu masuk surga. #NTMS #Note_to_My_Self

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline