Lihat ke Halaman Asli

argani sukoco

Selalu belajar aksara.

Perang Adalah Bisnis Modern

Diperbarui: 2 Februari 2017   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini di beberapa belahan dunia masih terjadi perang dingin atau konflik. Terutama di beberapa negara di Asia. Dari berbagai sumber yang saya baca, Asia memang daerah yang rawan konflik. Entah pemicunya berupa konflik kepentingan,perebutan supremasi,ataupun perbedaan ideologi. Lantas kenapa saya menyebut perang adalah bisnis modern? Dikatakan bisnis modern karena perang adalah kesempatan bagi negara maju untuk menjadi eksportir senjata. Entah permainan atau bukan tapi memang begitulah nyatanya.

Sebagai contoh nyata dari perang saat ini, kita bisa melihat jatuhnya rezim muammar gaddafi sebagai pemimpin libya yang disebabkan oleh perang sipil. Bahkan setelah jatuhnya pemerintahan gaddafi masih ada bentrok antara pemimpin islami (GNC) dengan pihak sekuler yang diserukan jendral era gaddafi, Khalifa haftar. Sebelum terjadinya revolusi Libya,pemerintah libya melakukan tranksaksi  dengan Rusia untuk membeli senjata sebesar 1,8 miliar dollar dan juga 2,4 milliar untuk pesawat tempur sukhoi-35. Masih ada Perancis yang mendapat keuntungan 5 milliar euro dari libya.

Tak hanya Libya, sekitar kurang lebih 5 tahun daerah timur tengah lain antara pemerintah suriah dengan sipil. Saya tak tahu kenapa konflik yang diberitakan salah satunya karena pimpinan Basyar al-assad merupakan penganut islam syiah. Padahal awal mula terjadinya adalah penolakan proposal pipa gas Turki oleh Basyar al-assad. Itu juga menjadi alasan kenapa rusia menjadi pendukung utama Basyar al-assad karena jika proposal itu diterima maka pasokan gas dari rusia ke eropa akan berkurang. Bahkan konflik di Suriah telah dimasuki organisasi ISIS yang mulai mengontrol di beberapa daerah. Konflik Suriah juga membuat pemerintah Suriah untuk mendatangkan senjata. Terutama senjata berasal dari Rusia. Diperkirakan Suriah telah mengeluarkan sekitar 1 milliar dollar untuk membeli senjata.

Tak kalah menarik konflik Yaman yang dipicu antara kaum syiah yang merupakan Yaman dengan lintas negara penganut Islam suni. Bahkan Arab mengimpor senjata sebesar 6,4 milliar dolar AS. Negara-negara seperti Bahrain, Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab juga melakukan peningkatan dalam pembelian senjata.

Bahkan tak jauh dari indonesia,adanya konflik laut cina selatan yang melibatkan Tiongkok dengan negara-negara di ASEAN. Konflik ini dipicu karena klaim Tiongkok yang nekat menerobos batas perairan di beberapa negara ASEAN. Dampak dari konflik ini,pembelian besar-besaran senjata paling terlihat ada pada negara Vietnam. Vietnam dari peringkat 43 loncat ke peringkat 8 besar dunia dalam impor senjata.

Entah itu permainan dari pihak negara maju atau bukan tapi perang benar-benar menguntungkan bagi negara eksportir. Bahkan ketika saya membaca fakta ini saya berpikir apakah perang bisa berhenti? Jika berhenti, apakah negara eksportir akan membuat suatu permainan?

Satu butir peluru yang mampu menewaskan seseorang. Bayangkan mereka menghamburkan miliaran dolar untuk membunuh sesama manusia. Kita yang merasa damai membayar harga yang mahal untuk suatu kedamaian. Negara eksportir senjata bagaikan ular berkepala dua. Mereka menjajikan perdamaian namun juga menciptakan perang saat bersamaan.

 

Anda bisa mengunjungi Blog saya Hollowlies.com

Sumber data yang saya dapat berasal dari :

http://www.dw.com/id/negara-pemborong-senjata-terbesar-di-dunia/g-19065149

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline