Lihat ke Halaman Asli

argani sukoco

Selalu belajar aksara.

Mendidik itu Bukan Mengajari

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Semua orang tahu apa itu pendidikan dan untuk apa mereka mendapat pendidikan. Tapi aku Cuma merasa mengganjal saja kenapa aku dibiarkan lulus dengan aku merasa bodoh. Aku senang bisa lulus tapi kepuasan senangku hanya sebatas aku merasa beruntung bisa lulus saja. Apalagi aku melihat guru-guru jaman sekarang lebih mementingkan predikat sekolahnya bukan potensi yang ada pada muridnya. Seperti salah satu kata-kata yang aku ambil di kompasiana “guru tak lagi mendidik, ia hanya mengajar. Murid tak lagi tumbuh, ia hanya menambah ilmu”. Ya,guru hanya mengajar sesuai dengan tuntutan pekerjaannya tapi mereka kurang peduli dengan perkembangan yang dialami oleh anak didiknya,mereka tidak tahu dalam hal apa anak didiknya tumbuh. Mereka Cuma sekedar tahu nama siswanya dan melabeli siswanya dengan label anak nakal atau anak pintar. Walaupun tidak semua guru seperti itu, masih ada guru yang bisa dianggap sebagai pahlawan.

Pernahkan di lingkungan sekolah atau kampus beberapa orang selalu bilang bahwa kalian sekolah atau kuliah untuk mendapat pekerjaan yang layak atau apalah. Aku bukan mau menyalahkan pola pikir yang seperti itu,tapi menurutku pola pikir seperti itu tidak etis untuk diberikan kepada siswa. Mereka akan belajar hanya untuk mendapat tujuan akhir, yaitu pekerjaan. Mereka akan menjadi orang-orang yang berpikir “percuma belajar 12 tahun kalau hanya menjadi……”. Apalagi akan banyak orang yang bersekolah sampai tinggi dan menjadi sarjana yang pada akhirnya pilih-pilih pekerjaan karena gengsi yang justru mengantar mereka jadi pengangguran.

Friendship

Apa hubungannya pendidikan dan persahabatan?Aku juga bingung,kenapa ya kok di sekolah tidak diajarkan persahabatan?Mungkin para pembaca akan berbicara akan bilang tidak semua hal di dunia harus di ajarkan di sekolah. Ya,aku setuju saja dengan pendapat yang demikian. Tapi apa tidak ada yang berpikir bahwa banyak orang yang menjadi pengkhianat, pembohong,pengadu domba, dan hal apapun yang terasa tidak menyenangkan dintara pertemanan. Seakan-akan dengan memberi pelajaran PKN,Bimbingan konseling,ataupun agama sudah memberi moral untuk menjadi siswa yang baik. Padahal itu Cuma pelajaran yang akhirnya diberi nilai,nilai bagus atau jelek dari pelajaran itu nggak akan mempengaruhi kepribadian kita. Kamu nilai 10 bukan berarti moralmu baik,begitupun sebaliknya.

Disekolah kita selalu diajarkan untuk bersaing seperti misalnya nothing friend in exam,sebetulnya hal itu positif tapi bisa menimbulkan kebiasaan negatif jika orang itu terlalu ambisius. Aku punya cerita kecil untuk contoh diatas,aku mempunyai 2 teman mereka sahabat sejak smp kuberi inisial A dan B,keduanya unggul dalam bahasa asing. Ketika itu ada perlombaan debat antar sekolah yang 1 sekolah hanya diwakili oleh 1 orang,ketika itu si B tidak memberitahukan acara perlombaan debat tersebut mengingat si A adalah saingan terberatnya. Dan akhirnya si B mewakili sekolahku untuk acara debat tersebut. Itulah contoh kecil ketika persahabatan dibutakan dengan kata-kata persaingan. Hal seperti itu bisa berlanjut sampai ke dunia dimana kita bakal menjadi dewasa.

Itulah mengapa aku ingin suatu persahabatan dibicarakan. Jangan sampai persaingan yang diajarkan malah menutup mata akan persahabatan. Banyak orang yang dipandang baik oleh guru mereka ternyata menusuk temannya sendiri,tetapi ada juga orang yang dipandang buruk gurunya tapi malah membuat nyaman pertemanan.

Kebanyakan orang bingung ketika memilih jurusan kuliah

Pernah belum kalian merasa bingung memilih jurusan kuliah?Kalaupun tidak,apa alasan kalian memilih jurusan itu?Kehendak diri sendiri karena suka dengan pelajarannya,pilihan orang tua,prospek gajinya banyak,ikut-ikut teman,atau karena temanmu banyak yang ada di 1 area tempat kuliahmu? Banyak diantara lingkungan sekitarku yang bingung mau kemana mereka melanjutkan studi. Karena di sekolahpun tidak diberi sosialisasi pengenalan kuliah,kalaupun ada itu hanya promosi dari universitas yang menerangkan kelebihan padahal nyatanya tidak seperti apa yang diceritakan,atau lebih simplenya sekedar omong kosong. Menggemborkan prestasi universitas,aku jujur juga tidak peduli prestasi universitas,aku cuma ingin lebih tau tentang jurusan-jurusan kuliah.

Kebanyakan guru-guru cuma bilang “pilih yang sesuai keinginanmu,pertimbangkan prospek”. Lah,aku juga tidak tahu keinginanku apa dan alasan aku memilih jurusan itu kenapa. Aku cuma merasa sekolah akan menggebu-nggebu untuk meluluskan kita,tapi mereka akan lepas tangan ketika kita sudah lulus. Bisa dibilang urusan sekolah hanya sekedar urusanmu dengan urusan sekolah, urusan hidupmu itu urusanmu sendiri. Makanya mayoritas orang-orang cuma memilih antara jurusan akuntasi ataupun manajemen. Apalagi yang lebih parah ketika anak ipa masuk di fakultas ekonomi.

Minimal dijelaskan lah tujuan dari jurusan itu. Kebanyakan sekarang mereka bilangnya jurusan dokter,hukum,polisi,ekonomi gajinya banyak. Sekarang sudah jarang orang yang berkata ingin jadi dokter karena ingin merawat,ingin jadi polisi karena ingin menegakkan keamanan,dan yang lainnya. Sudah jarang didengar sisi kemanusiaannya. Jangan bicara cita-cita disertai dengan uang,disertai dengan suatu tujuan yang konkrit.

Nama sekolah lebih penting?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline