Lihat ke Halaman Asli

Kerinduan Belajar Sambil Bermain

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kembali bertemu dengan siswa setelah 13 hari diklat. Ada rasa kerinduan pada mereka. Pada pertemuan awal dengan beberpa siswa dikelas XI tersebut memang sempat membuat saya berpikir keras. Ada 2 siswa yang setiap kali tidur.

Meski demikian perubahan mulai terjadi setelah saya menghargai jawaban dari siswa tersebut. Bertanya jawab tentang materi tanpa melihat modul, tapi disesuaikan dengan apa yang ada pada benak mereka. Apa yang telah mereka miliki saat SMP. Tanya jawab begitu terasa sangat hidup.

Kalau hanya tanya jawab saja tentunya belum ada bukti tertulisnya. Setelah memahami beberapa materi dan contoh soal maka masing masing siswa saya minta untuk membuat pertanyaan sesuai materi dan ditukar dengan milik temannya. Kemudian soal dari teman pasangannya diselesaikan. Jika sudah selesai dikembalikan kepada pembuat soal untuk dikoreksi.

Presentasi diundi dengan cara, saya meluncurkan pesawat dari kertas. Siswa yang terdekat dengan jatuhnya pesawat kertas tersebut yang akan mempresentasikan hasil karyanya. Untuk efektifitas waktu diupayakan 4 siswa menuliskan hasilnya dipapan tulis. Maka siswa yang pertama dipersilakan meluncurkan pesawat kertas untuk mendapatkan presenter kedua dan seterusnya. Situasi ini ternyata sangat menyenangkan siswa. Bahkan mereka mengatakan : " Wah, bu guru malah ngajari main pesawat kertas di dalam kelas". Suasana bermain sambil belajar diharapkan menjadikan siswa termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan bersemangat.

Tanpa disadari siswa-siswa yang biasanya tidur dan duduk dibagian belakang, sekarang sudah duduk dibangku terdepan atau nomor dua dari depan. Mereka aktif bertanya atau berkomentar. Meski kadang pernyataannya "nyleneh". Pada kurikulum 2013 justru siswa dengan pernyataan dan pertanyaan yang "nyleneh itu juga perlu diperhatikan karena sudut pandang terhadap masalah bisa dari bebagai sudut. Kita hargai pendapatnya sehingga mereka terbiasa menyampaikan pertanyaan, jawaban maupun komentarnya.

Kegembiraan bertambah lagi saat hasil koreksian dari teman pasangannya ternyata nilainya mendapatkan maksimal 10. Dengan rasa bangganya dia menyampaikan pertanyaan : " Bu, hasil pekerjaan ini dimintakan tanda tangan orang tua ?". Saya janwab denagn mantap : " Oh, ya". Dengan wajah berseri-seri dia menyimpan hasil pekerjaannya di dalam tas.

Kombinasi cara pembelajaran kooperatif learning problem posing berpasangan dan snowball throwing yang dimodifikasi menjadi pesawat kertas membuahkan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Saya berharap siswa akan menanti pelajaran matematika dengan rasa rindu juga. Rindu untuk belajar sambil bermain yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline