Kembali ke tahun 2014, tahun di mana saya pertama kali menjejakkan kaki di ibukota. Di bulan Januari saya diterima bekerja di salah satu perusahaan Konsultan IT. Namun, dikarenakan tidak cocok dengan kultur kerja di sana, saya memutuskan untuk mengundurkan diri di bulan ke-6.
Setelah resmi keluar dari pekerjaan pertama saya di Jakarta, saya memutuskan untuk menjadi freelance programmer. Menjadi seorang self-employed bukan pengalaman baru bagi saya.
Sejak tahun 2010 saya sudah sering mengerjakan pekerjaan sampingan di kota kelahiran saya, Malang. Dan pada tahun 2012-2013 saya memiliki sebuah perusahaan CV di Malang.
Namun, menjadi freelancer di Jakarta adalah sesuatu yang berbeda. Saya masih baru di kota ini, dengan berbagai ragam kompetisinya.
Mulai Menjadi Freelancer
Bagi kebanyakan orang, freelancer adalah mendapatkan pekerjaan sampingan secara online melalui situs freelance seperti Freelancer.com atau Upwork.
Memang tidak sepenuhnya salah, tetapi peluang pekerjaan freelance tidak hanya diperoleh secara online. Anda dapat memperoleh pekerjaan freelance dari saudara, teman, komunitas, dll.
Persiapkan Portofolio
Agar pemberi kerja percaya Anda dapat melakukan pekerjaan yang ditawarkan, maka menunjukkan portofolio adalah salah satu cara terbaik. Portofolio adalah list pengalaman, hasil kerja, maupun pencapaian personal dari bidang yang Anda tekuni.
Untuk memperlihatkan portofolio, saya tidak membuat website secara khusus. Saya hanya memperkaya profil LinkedIn dan Facebook saja.
Bagaimana jika tidak memiliki portofolio? Ini salah pertanyaan yang sering diajukan oleh para freelancer pemula. Dimana mereka tidak tahu bagaimana meyakinkan calon klien ketika tidak memiliki portofolio.
Solusinya adalah... Anda harus mulai membuatnya. Bagi Anda programmer, coba buat program kecil. Bagi Anda desainer, coba buat logo atau produk desain yang lain. Bagi Anda content writer, coba buat blog.