Lihat ke Halaman Asli

Retorika, Agitasi, Propaganda

Diperbarui: 29 Mei 2017   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia politik, kita mengenal yang namanya retorika, agitasi dan propaganda. 3 hal tersebut sudah menjadi hal yang umum dalam dunia politik. Ketiga hal tersebut sering kali digunakan untuk membentuk isu dalam masyarakat. Disini, saya ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai ketiga hal tersebut.

Retorika. Sering kali kita mendengar bahwa ada orang yang retoris. Apa itu retorika? Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen. Retorika tradisional nantinya akan menciptakan orator-orator seperti misalnya orator ulung adalah Pak Soekarno. Jika hari ini, menurut saya, yang cukup bagus dalan retorika adalah Pak Anies Baswedan. Menurut saya, beliau adalah orator ulung. Karena dari hasil pilkada kemarin, banyak masyarakat yang terpengaruh dengan orasinya dia karena kemampuan retorika yang dimilikinya. Seorang yang memiliki kemampuan retorika mampu membangun kharismatik dalam dirinya. Argumen yang dibuat mencakup aspek promosional. Dan retorika dipakai untuk khalayak yang banyak.

Agitasi. Agitasi memfokuskan diri kepada kelompok-kelompok kecil. Bisa dibilang lebih ke spesific group.Dan didalam spesifik grup ini, tujuan mereka adalah membahas isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kelompok mereka sendiri. Conothnya, bisa kita lihat pada rumah lembang. Orang-orang yang dialam rumah lembang adalah para pendukung pasangan Ahok-Djarot. Disana mereka menjadi suatu kelompok kecil (para pendukung)dan aktifitas yang dilakukan mereka adalah selalu terkait dengan pasangan Ahok-Djarot.

Propaganda. Kita pasti sudah sering mendengar kata “propaganda”.  Propaganda sendiri adalah sebuah upaya untuk membangun sebuah paradigma nilai-nilai tertentu dengan cara membuat hal-hal sederhana yang mudah untuk dipahami secara mendalam. Contoh yang paling mudah adalah propaganda Anies-Sandi yang “Oke Oce”. Dalam masyarakat sekitar saya, bahkan saya sendiri sampai terngiang-ngiang dengan kata “Oke Oce” tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka propaganda yang dilakukan telah berhasil. Karena sudah merasuk ke dalam diri masyarakat sehingga terus terngiang-ngiang dan langsung terasosiasikan ke orang yang mempropagandakannya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline