DENPASAR, KOMPAS.com — Rekonstruksi pembunuhan Engeline di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar berlangsung pada Senin (6/7/2015) selama lima jam, dari pukul 12.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita.
"Misterinya itu kan dimulai pukul 12.30 pada saat (Agus) dipanggil ke kamar (Margriet). Saat itu, Margriet menjambak, membenturkan (Engeline), dari situlah, sampai penguburan sekitar pukul 15.30 karena saksi Susiani dan Handono (penghuni tempat kos) datang dari tempat kerja. Ya itu bersesuaian, dan Agus pura-pura tanya keberadaan Engeline," kata Haposan.
Dalam rekonstruksi penguburan, Agus menyampaikan bahwa Margriet sempat memutar jenazah Engeline saat akan dikubur di pekarangan rumahnya. Hal ini disampaikan oleh kuasa hukum Agus, Hotman Paris Hutapea, sebelum meninggalkan TKP, dan kembali ke Jakarta.
Dua kalimat diatas Margriet menjambak, membenturkan (Engeline) dan kalimat Margriet sempat memutar jenazah Engeline saat akan dikubur di pekarangan rumahnya, membuat saya bergidik. Begitu kejam dan sadis nya si ibu tersangka Margriet, melebihi kejamnya seorang pembegal motor sekalipun atau seorang perampok profesional. Kenapa tidak, apakah si "ibu itu" sedemikian sanggupnya menahan getar menggigil atau gemetar ketika itu ia lakukan. Jika tidak ditumpangi oleh Iblis mana mungkin si ibu begitu teganya membenturkan apalagi sampai bisa-bisanya memutar jenazah Engeline. Sekarang si Iblis mana yang menumpang di tubuh si ibu kalo bukan si Iblis Jin Ifrit..?
Dalam salah satu acara talk show sebuah TV (saya lupa persisnya), ada nara sumber menyebutkan bahwa pembunuhan itu secara spontan bukan pembunuhan berencana, yang berencananya adalah penguburan jenazah Engeline. Ini saya utarakan bukannya mau berpolemik, tetapi kembali saya tertegun kenapa hanya penguburan saja yang berencana. Memangnya pembunuhan Engeline itu tidak direncanakan sebelumnya, jika memang ya.., artinya benar si ibu itu kemasukan Iblis Jin Ifrit itu secara tiba-tiba (spontan), mungkin dia belajar ilmu hitamnya si Jin Ifrit. Ah.. ini dak usah dibahas.. Akan tetapi yang menjadi krusial menurut saya dengan dua kalimat diatas, membenturkan dan memutar jenazah, ini yang harus masuk kerelung sanubari kita yang paling dalam. Apakah ini nanti bisa mengarah ke hukuman mati bagi si ibu, tentu tidak akan segegabah itu kita menjustice-nya. Ah.. mungkin yang lebih ringan hukuman seumur hidup agar si ibu menghabiskan sisa umurnya di dalam penjara.
Maksud saya, jangan lagi kasus ini mau didramatisir atau dipoles-poleskan agar si ibu Margriet bisa mendapatkan hukuman ringan atau malah terbebas sama sekali karena mungkin tergiur dengan warisan dari ayah angkat Engeline yang cukup banyak, tapi ini bukan menuduh siapa-siapa lho.. Ini sebagai kontrol atau pengawasan dari kita semua warga agar jangan ada yang coba-coba kembali bermain dengan api disela-sela celah kelemahan lisan si nara sumber atau siapapun yang salah berucap, jika rekonstruksi sudah cukup sebagai penguat bukti-bukti yang sudah ada, langsung GO ke persidangan dan putuskan sesuai bukti-bukti yang ditemukan, jika kelamaan nanti khawatir juga ada bukti yang hilang atau kedaluwarsa (kyak makanan..). Kembali hal ini bukan menuduh siapa-siapa, siapapun yang terlibat langsung peduli dengan kasus kematian Engeline ini. Satu kata untuk anda, kalian semua adalah Pahlawan di hati kami.