Lihat ke Halaman Asli

Dubber-dubber Indonesia (2): Asdi Suhastra, dari Pembawa Cerita ke Voice Over

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beralihnya selera masyarakat dari sandiwara radio ke sinetron televisi pada akhir tahun 90-an, cukup mempengaruhi dunia voice acting yang digeluti oleh para pemain sandiwara radio. Pengaruh itu bisa berupa kurang aktifnya lagi mereka dalam permainan (dan pekerjaan) olah suara. Atau malah sebaliknya, yaitu justru para pemain sandiwara radio semakin mendapat tempat di pertelevisian nasional.

Tren semacam itu memang sempat terjadi. Para pengisi suara yang sebelumnya hanya terdengar di radio-radio, sejak bermunculannya televisi nasional, suara mereka juga mulai atau semakin sering terdengar di televisi. Program-program serial Mandarin, serial kimasi atau artun, film Asia, film India, serial telenovela, serial sinetron laga kolosal dalam negeri, feature dan dokumentar, menjadi lahan peralihan yang baik bagi para pemain sandiwara radio.

Demikian juga dengan Asdi.Ketika televisi swasta bermunculan dan sandiwara radio semakin berkurang, Asdijuga terlibat sebagai dubber yang menyulihsuarakan film-film untuk tv. Dalam hal ini menjadi dubber bagi Asdi, hanyalah bagian kecil dari seluruh pekerjaan voice actor-nya.

Booming-nya dubbing film-film dan berbagai serial untuk televisi membuat banyak pihak berusaha membisniskan bidang ini. Di satu sisi ini adalah perkembangan yang bagus, sebab semakin membuka kesempatan kerja bagi banyak orang. Namun, sisi gelapnya adalah bahwa kemudian muncul persaingan-persaingan yang kurang sehat.

Dalam persaingan yang kurang sehat, kualitas hasil dubbing pun menjadi sangat menurun. Untuk menghadapi hal itu, Asdi pun memilih hanya mengisi dubbing film atau program-program tertentu yang sesuai dengan idealismenya. Sehingga sampai hari ini, Asdi masih tetap bekerja di bidang voice acting dengan prinisip-prinsip yang tetap dia pegang.

Kembali kepada soal persaingan kurang sehat dan menurunnya kualitas dubbing,Asdi mengungkapkan kekurangsukaannya. Namun, Asdi tetap mencintai pekerjaan di bidang rekaman dan akting suara. Oleh sebab itulah, Asdi lebih suka menyebut pekerjaannya sebagai voice actor.

“Maaf, (voice actor) ini predikat 'sombong' yang saya pakai,” ungkap Asdi serius.

Asdi juga mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan mengisi film dubbing, iamasih lebih suka rekaman sandiwara radio. Hal itu menurut Asdi karena pada saat melakukan acting suara untuk sandiwara radio, ia tetap bisa bekerja dengan baik. Sayangnya, sandiwara radio semakin tergerus oleh munculnya berbagai acara yang disuguhkan stasiun televisi. Di satu sisi para sponsor yang idealnya bisa mendukung proses produksi sandiwara radio, beralih memasang iklannya di televisi.

Bermunculannya berbagai stasiun televisi swasta yang hidup dari iklan, perlu menjadi tempat para pengiklan mempromosikan produk-produk mereka. Dalam penayangan iklan-iklan itu, lagi-lagi para pengisi suara sangat mungkin untuk terlibat. Tentu saja Asdi Suhastra mengalir bersama perkembangan dan tren-tren semacam itu.

Asdi bersyukur sampai sekarang masih banyak para klien--yang disebutnya sebagai teman-teman--yang percaya bahwa Asdi masih mampu menjalani pekerjaan sebagai voice over berbagai iklan. Selain itu Asdi juga sering menerima pekerjaan menjadi narator program-program video. Ratusan feature dan dokumentar menggunakan suara Asdi sebagai narator.

Pada pekerjaan sebagai voice over iklan dan narator, Asdi bisa bekerja sebaik mungkin, tidak asal jadi karena kejar tayang, misalnya. Juga tentu saja karena honor sebagai voice over ataupun narator, sebanding atau sesuai dengan predikat pekerja profesional.

Saat ini, pada saat pengembang properti menggunakan acara televisi sebagai media promosi mereka, lagi-lagi suara Asdi Suhastra yang paling sering terdengar. Pemasaran produk-produk seperti rumah, apartemen, ataupun ruko, sama menggetarkannya jika suara Asdi yang membawakan.

Anda yang kangen, tetapi tidak lagi mendengar suara Asdi dalam sandiwara radio mengucapkan: “Pembawa cerita Asdi Suhastra. Selamat mengikuti,” akan menyimak iklan properti yang mengucapkan “Harga naik 1 Februari.” Sangat mungkin itulah juga suara Asdi Suhastra.

***

Artikel Terkait:

Dubber-dubber Indonesia (1): Asdi Suhastra, Pembawa Cerita

Gu Family Book, Mengajari Menjadi Manusia

Artis Indonesia dan Film Dubbing

Terdakwa; Ketika Pengisi Suara Suneo Dihakimi Masa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline