Lihat ke Halaman Asli

Globalisasi Membawaku Mengenalmu

Diperbarui: 17 September 2016   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ9kHrNZJS8NU6HD7Pwn7DC_KtEb-TWmM0Zi9JT3ZXpzVnpA-lTiQ

Terdapat begitu banyak aspek kehidupan yang ikut hanyut dalam arus globalisasi. Dunia pendidikan, politik, ekonomi, fashion, perfilman, budaya, teknologi, kesehatan, kesenian, olahraga, musik, dan masih banyak lagi. Rasanya waktu tak akan ada habisnya bila kita membahas semua topik tersebut. Tak perlu mengangkat topik yang berat jika menyangkut globalisasi. Dalam tulisan ini, saya akan mengangkat musik favorit saya yang merupakan dampak dari globalisasi.

Setiap orang pasti menyukai alunan melodi tertentu yang begitu pas di hatinya. Setiap orang juga pasti memiliki selera yang berbeda dalam musik. Sama seperti saya, alunan melodi dari penyanyi tertentu bisa membuat saya begitu menyukainya. Tahukah kalian grup band The Script? Ya, band beranggotakan tiga orang itulah yang menjadi favorit saya. Lalu apa hubungannya dengan globalisasi?

Kemajuan teknologi membuat segalanya menjadi mudah untuk diakses. Sumber : dokumen penulis.

Nah, these are the points. Andai saja tidak ada smartphone dan tidak ada akses internet, saya tidak akan bisa mengenal mereka. Jika saja saya tidak mempunyai teman sesama fans, saya tidak akan bisa asyik membahas musik mereka. Jika saja mereka tidak melakukan promosi di industri musik, saya tidak akan bisa menikmati lagu-lagu mereka. Andai saja tidak ada aplikasi streaming musik semacam Joox atau Spotify, saya tidak bisa leluasa mendengarkan sambil memahami lirik lagu mereka.

Di sinilah peran globalisasi terlihat. Globalisasi amat berperan dalam menyebarluaskan sesuatu. Entah itu informasi, aliran musik, promosi dunia hiburan, bahkan kepopuleran seseorang bisa tersebarluaskan. Karena hal ini berhubungan dengan musik favorit saya, tentulah globalisasi membawa banyak kemudahan bagi saya.

Pertama, dengan bantuan mesin pencari Google saya bisa sepuasnya kepo-in mereka. Saya bisa tahu bagaimana awal mulanya The Script dibentuk, saya bisa mengenal para anggotanya, saya juga bisa mengetahui album-album apa saja yang sudah mereka terbitkan. Kedua, kehadiran situs streaming Youtube memudahkan saya bertatap muka dengan mereka. Walaupun hanya sebatas di layar saja, hal itu cukup menghibur saya karena saya bisa melihat live performance mereka di berbagai acara musik. Selain itu, saya juga bisa melihat video cover mereka. Ketiga, aplikasi musik sejenis Joox atau Spotify memfasilitasi saya untuk bisa mendengarkan musik sambil memahami lirik mereka.

Sumber : Dokumen penulis.

Karena fasilitas itulah saya bisa menghayati salah satu lagu favorit saya, yaitu Six Degrees of Separation. Dalam lagu tersebut, tertulis secara tersirat fase-fase yang akan kita alami ketika kita patah hati. Walaupun dalam teori sebenarnya, Six Degrees of Separation merupakan teori yang mengatakan bahwa setiap manusia yang tidak saling mengenal di dunia ini dapat dihubungkan satu sama lain melalui (rata-rata) enam pihak.

Sumber : http://www.adityarizki.net/wp-content/uploads/2013/04/Six-degrees-of-separation.jpg

Inilah yang paling saya sukai dari The Script. Mereka begitu lihai merangkai lirik lagu sehingga terkesan seperti sebuah bait puisi. Mereka juga jago dalam mengemas musik mereka. Mereka mampu mengemas musik yang notabene galau, menjadi sebuah lagu yang penuh motivasi. Tak heran, banyak kalangan yang memfavoritkan musik mereka.

Cuplikan lirik Six Degrees of Separation. Sumber : http://66.media.tumblr.com/2dfacd37cbc65016a3a4ab739ca0da0e/tumblr_n1tx0qzgz81s5z94uo1_1280.jpg

Keempat, kemajuan bidang telekomunikasi mendekatkan saya kepada mereka. Melalui layar kaca, saya bisa melihat mereka. Melalui siaran radio, saya bisa mendengarkan lagu-lagu mereka. Dan juga melalui smartphone, saya bisa sepuasnya menikmati lagu mereka berulang-ulang. Terlihat jelas bukan, bahwa globalisasi seakan memberi jalur bagi saya untuk menyukai musik mereka?

Namun ada sisi lain globalisasi. Bila ada dampak positif, ada pula dampak negatifnya. Sering menghabiskan waktu berlama-lama di depan layar merupakan salah satunya. Padahal akan ada banyak waktu yang terbuang bila kita terlalu lama memuaskan diri dengan hal yang kita sukai. Untuk yang satu ini, sebagai subjek globalisasi kita harus pandai dan bijak dalam menggunakan segala fasilitas yang tersedia.

Sumber : http://letssandbox.com/wp-content/uploads/2014/01/You-only-live-once-but-if-you-do-it-right-once-is-enough.jpg

Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih. Eksistensi globalisasi telah mengenalkan saya kepada hal-hal yang amat baru bagi saya. Begitu banyak kemudahan yang bisa kita dapat melalui globalisasi. Namun tak ada salahnya juga kita tetap selektif dalam mengarungi arus globalisasi. Terima kasih globalisasi! #pknb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline