Lihat ke Halaman Asli

Arfiany Nur Amalia

Tugas Filsafat Pendidikan

Esensialisme dan Tokoh Pemikirannya

Diperbarui: 12 Mei 2020   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat pendidikan esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak lama yaitu sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme ini muncul sejak zaman renaisance dan memiliki ciri-ciri yang berada dengan progresivisme, perbedaan yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibelitas, terbuka untuk perubahan toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan mempunyai tata yang jelas.

*Tokoh Pemikiran Filsafat Pendidikan EsensialismeEsensialisme*

a. William C. Bagley

Ia yakin bahwa fungsi utama dari pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi muda. Pemikirannya pada esensialisme yaitu (1) minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang meningkat atau menarik perhatian, bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. (2) penghargaan, pengawasan dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies manusia (3) kemampuan kedisiplinan diri harus menjadi tujuan dari pendidikan. 

b. Thomas Briggs

Pergerakan progresif telah merusak standart-standart intelektual dan moral diantara kaum muda dengan kesimpulan sekolah-sekolah telah gagal dalam tugas mereka mentranfusikan warisan - warisan sosial dari intelektual negara. 

c. Frederick Breed

Kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang diberikan sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara dan berdisiplin. Esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan ketrampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. 

d. L. Kandel (1881-1965) 

Kandel yang diakui sebagai esensialisme, Kandel memandang materi pelajaran bukan sebagai bukti potensial untuk penyelesaian masalah sosial, tetapi sebagai sumber nilai yang stabil untuk memandu perilaku sosial. Dia mengkritik sains sebagai terlalu relativistik dan memuji keunggulan kurikulum seni liberal. 

Para ahli berpendapat bahwa komitmen Kandel terhadap pendidikan seni liberal tradisional bertentangan dengan pengakuannya akan perlunya reformasi yang ditimbulkan oleh perubahan nilai dan kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Meskipun ia memandang esensialisme sebagai semacam jalan tengah pendidikan antara tradisionalisme dan Progresivisme, ia hanya memiliki sedikit harapan untuk sintesis kedua pendekatan tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline