Saat ini budidaya udang sudah menjadi primadona dikalangan penggiat usaha dibidang perikanan. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang meningkat setiap tahunnya baik dari dalam maupun luar negeri. oleh sebab, itu udang menjadi salah satu produk komoditas ekspor non migas yang sering disuplai setiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri pada umumnya udang hanya dimanfaatkan dagingnya saja untuk dijadikan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Sedangkan untuk kulitnya sendiri biasanya hanya dijadikan sebagai paka ternak saja bahkan diterlantarkan begitu saja.
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor udang kupas. Akibat tingginya permintaan terhadap udang beku ekspor melonjak, terjadilah permasalahan pada limbah kulit dan kepala udang yang cukup menganggu. Limbah udang ini dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan di area sekitar tempat pengolahan.
Untuk mengatasi permasalah tersebut maka limbah kulit tersebut harus diolah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Banyak yang belum mengetahui bahwa kulit udang mengandung protein sebesar 30-40% yang merupakan komponen utama penyusun kulit udang. Selain itu ada juga kalsium karbonat sebesar 40-50% dan zat kitin sebesar 15-20%
Kulit udang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kitin, kitosan dan glukosamin, yang penggunaannya cukup luas dalam berbagai bidang dan tentunya mempunyai nilai tambah yang jauh lebih baik.
Untuk mengatasi keresahan yang ada di masyarakat pemanfaatan ekstrak kulit udang dengan cara menghadirkan hair tonic berbahan dasar dari ekstrak kulit udang. Ekstrak kulit udang ini tidak hanya mengurangi jumlah rambut rontok akan tetapi bisa menguatkan dan memperbaiki struktur rambut yang telah rusak.
Hal ini dikarenakan jumlah kalogen yang cukup tinggi di dalam kulit udang dapat membantu meregenerasikan rambut rontok (Nur Islami, 2017). Selain mudah didapatkan dengan harga terjangkau ekstrak kulit udang ini juga sudah terjamin kehalalannya. Produk ini memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan oleh masyarakat
