Lihat ke Halaman Asli

Arfiansah Buhari

HR practitioner

Debat Pilpres 2024: Antara Gimmick dan Gagasan, Menelisik Integritas Debat Politik

Diperbarui: 23 Januari 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam momentum Pilpres 2024, kita disuguhi oleh deretan debat politik yang seharusnya menjadi arena untuk membuktikan kemampuan dan visi calon presiden. Namun, sayangnya, semakin terlihat bahwa debat-debat tersebut semakin terjebak dalam dramatisasi politik yang penuh dengan gimmick, tanpa memedulikan prinsip-prinsip dasar debat yang sehat.

Pertama, debat seharusnya menjadi panggung kebenaran. Namun, apakah benar semua argumen yang disampaikan oleh calon presiden? Pada kenyataannya, kebenaran sering kali menjadi korban dalam balutan retorika yang dibawakan dengan penuh semangat. Terlalu sering kita melihat fakta-fakta yang disajikan secara selektif atau bahkan diubah sedemikian rupa demi mencapai tujuan tertentu.

Selanjutnya, obyektivitas seharusnya menjadi pedoman dalam debat. Namun, tampaknya kepentingan pribadi atau kelompok semakin mengintervensi argumen para peserta debat. Seharusnya debat adalah wadah pemikiran yang bebas, namun kini semakin terasa bahwa semua hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan tertentu tanpa memedulikan kepentingan rakyat.

dan tak kalah pentingnya, etika dalam debat sepertinya semakin luntur. Bahasa yang keras dan jauh dari kesantunan sering terdengar, menunjukkan betapa rendahnya tingkat etika dalam menyampaikan pendapat. Serangan pribadi dan ejekan semakin merajalela, meninggalkan substansi debat yang seharusnya menjadi sorotan utama.

**Debat Pilpres 2024: Mencari Jalan Tengah Antara Sukses dan Gagal**

Dalam menilai kualitas debat Pilpres 2024, kita perlu merenung pada pengalaman negara-negara lain yang telah menghadapi proses serupa. Ada pelajaran berharga yang dapat diambil baik dari keberhasilan maupun kegagalan dalam menjalankan debat politik yang sehat dan beretika.

### Pelajaran dari Keberhasilan Negara-Negara Skandinavia dan Jerman

Negara-negara di kawasan Skandinavia, seperti Norwegia dan Swedia, telah menunjukkan jalan menuju debat politik yang berkualitas. Mereka memandang debat sebagai sarana keterbukaan, dengan menyajikan informasi yang jelas dan transparan kepada publik. Keterlibatan aktif masyarakat dalam debat dihargai sebagai fondasi demokrasi yang kuat.

Jerman, sementara itu, memberikan contoh dalam menjaga etika dan sikap adil dalam perdebatan politik. Mereka menghindari serangan pribadi dan fokus pada substansi argumen. Sikap etis dan santun menciptakan lingkungan debat yang kondusif untuk bertukar ide.

### Peringatan dari Amerika Serikat dan Britania Raya

Di sisi lain, Amerika Serikat memberikan gambaran mengenai dampak politisasi berlebihan dan sensasionalisme terhadap kualitas debat. Terlalu banyak fokus pada pertunjukan media dan dramatisasi dapat merugikan esensi debat, mengaburkan substansi dan menciptakan polarisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline