Lihat ke Halaman Asli

Diary Guru Les Muda: Sulit Dipercaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 juni 2013

Ahhh, akhirnya sampai juga dirumah. Biasanya saya pulang jam 5 sore tapi kali ini baru pulang jam setengah 9 malam, dikarenakan ada latihan untuk pentas drama dua minggu lagi di kampus.

Selesai mandi dan shalat ternyata ibu dan bapak belum tidur. Mereka lagi asyik ngobrol di teras kamar atas. Ikut nimbrung ajalah, Udah lama juga gak ngobrol bareng mereka. sekalian saya mau diskusikan masalah perkembangan les private kedepannya.

Saya memang berencana les private ini bukan hanya sekedar pengisi waktu luang kuliah. Saya ingin mengembangkan dan memfokuskan diri untuk membangun sebuah tempat les atau kursus resmi yang diakui dan memiliki ijin. Kontrakan rumah yang kami miliki bisa dijadikan tempat kursus jika muridnya sudah cukup banyak. Karena ruang tamu yang selama ini saya gunakan tentu sudah tidak dapat digunakan lagi.

Saya juga ingin membuat perpustakaan bersamaan dengan tempat les tersebut. Terus terang, semenjak memulai les private dirumah, saya jadi sangat suka membaca buku. Malah sepertinya saya mulai kecanduan dengan buku. Sehari tidak membaca buku seperti sehari tidak merokok. Walaupun sebenarnya saya bukan perokok. Entah kenapa saya tidak bisa menemukan dimana letak kenikmatan dan kepuasaan atau efek yang luar biasa saat merokok.

Ibu senang dan mendukung semua ide dan rencana saya. Setidaknya saya punya kemauan dan niat yang baik,begitu kata beliau. Kalau bapak masih menanggapi biasa saja. Mungkin dibenaknya cari uang itu yang pasti-pasti saja dan tidak usah muluk-muluk atau banyak menghayal. Yah, bapak memang tipe orang yang sedikit kolot dan tradisional, sedangkan ibu lebih terbuka dan demokratis.

Saat mengobrol ada sebuah berita yang kurang mengenakkan dari ibu. Ternyata salah satu murid saya yang bernama Udin ( bukan nama sebenarnya ) dikenal suka mencuri alias klepto. Sontak saya kaget. Apa mungkin bocah SD seperti itu sudah pintar nyuri?. Ibu bilang Udin pernah mencuri besi-besi tua dan peralatan bangunan disalah satu rumah yang sedang di tinggal mudik. Udin menjual barang-barang tersebut ke pengepul yang mana hasilnya digunakan untuk jajan diwarung. Udin juga sering mencuri jajanan diwarung. Tambah ibu.

Waduh, Jangan-jangan spidol yang hilang kemarin karena ulah Udin?. Ah, tapi saya tidak boleh suuzon dulu. Bagaimanapun juga Udin adalah salah satu murid saya. Kalaupun berita itu benar saya akan bertekad untuk bisa merubah kebiasaan buruknya. Caranya? Belum tahu.

Ibu mengingatkan saya untuk lebih berhati-hati selama mengajar. Jangan sampai kita juga ikut kecolongan. Walaupun terdengar berlebihan tapi nasihat ibu akan selalu saya ingat.

Mungkin mulai besok ruang kelas akan saya pindahkan ke ruang tamu bawah saja. Setidaknya untuk meminimalisir resiko kecolongan tersebut. Lagi pula jika kelas ada di lantai bawahdapat mencegah mereka manjat kegenteng lagi. Haduh, memang ada-ada saja kelakuan anak-anak ini.

Yang pasti kabar tentang Udin menambah lagi keunikan-keunikan diantara anak-anak yang saya didik. Setelah Udin lalu apa? dan siapa lagi?. Saya makin penasaran dengan anak-anak ini. Bersambung…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline