Lihat ke Halaman Asli

Arfiah Lestari Putri

Administrasi Pendidikan

Mengkritik Elite Politik Secara Enteng-Entengan

Diperbarui: 30 Desember 2022   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku      : Andai Pemerintah Mau

Penulis             : Nurudin

Penerbit           : Intelegensia Media (Intrans Publishing Group)

Cetakan           : Pertama, Maret 2021

Tebal                : xx + 156 halaman

ISBN                 : 978-623-6548-72-1

Harga              : Rp 52.000

Buku yang ditulis Nurudin ini mempunyai judul yang menarik "Andai Pemerintah Mau". Sesuai dengan judulnya, buku ini mengajak pembaca untuk sekedar berandai-andai. Bagaimana seandainya jika kita memiliki pemerintah dan politisi yang jujur dan memihak kepentingan rakyat. Tidak ada salahnya berandai-andai, karena di dalam pengandaian juga akan memunculkan sebuah harapan. Agaknya ini yang ingin disampaikan penulis, bahwa pengandaian menjadi hiburan ditengah harapan yang kian sirna.

Buku dengan tebal 156 halaman ini mengajak pembaca untuk berfikir kritis dan memahami apa yang ada di sekitar kita. Ada banyak yang topik diangkat penulis, mulai dari ranah politik, hukum, kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan. Semuanya dibahas secara enteng-entengan (ringan-ringan) dan dikemas dengan narasi yang sarat akan satir dan guyonan. Walaupun dibawakan dengan bahasa yang santai ala warung kopi namun tidak mengurangi esensi buku ini sendiri. Buku ini sendiri sebenarnya merupakan kumpulan catatan penulis yang pernah ia muat di sejumlah media. Berisi pemikiran penulis akan peristiwa-peristiwa aktual yang menjadi keresahanya.

Setidaknya ada tiga bagian yang dibahas dalam buku ini. Bagian pertama dengan bab "Aturan Tinggal Aturan, Pelanggaran Jalan Terus". Dalam bab ini mengupas bahwa negeri ini sudah banyak aturan. Aturan-aturan tersebut silih berganti dan saling tumpang tindih. Tetapi semua punya kepentingan yang berbeda. Artinya, aturan dibuat berdasar "pesanan" atau kepentingan tertentu.

Bagian keduanya bertema "Masyarakat Tak Berdaya, Negara Kuat". Bagian ini menguraikan bahwa masyarakat kuat menyebabkan negara lemah. Bagaimana tidak? Jika masyarakat kuat maka mereka akan berdaya. Jika berdaya maka itu akan mengancam elite politiknya. Kondisi yang membuat gerah para elite politik. Di dalam bab ini memuat 12 tulisan, adapun diantaranya yang menarik "Terima Kasih Buzzer", "Ustadz Whatsapp", "Hobi Kok Demo, Sih?", "Demo itu Primitif, Tauk?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline