Lihat ke Halaman Asli

Seperti Orang Gila Menembakan Panah Api & Maut

Diperbarui: 18 Maret 2016   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.realisticoverdose.com/2014/03/speak-up-or-shut-up.html"]“Maaf saya cuma bergurau”, “Saya tidak bermaksud demikian, maaf bila anda tersinggung”.  Begitu kita sering dengar pembelaan diri dari orang yang ‘terlambat’ menyadari dampak dari kata-katanya. 

Ya, kata-kata bukan saja menjadi sarana mengungkapkan kenyataan (revealing reality), tapi punya kekuatan (power) untuk membentuk kenyataan (shaping reality).  Saat kenyataan yang dibentuk dengan kata-kata – mungkin dengan modus bercanda – berbeda dengan kenyataan yang sesuai fakta dan tidak dapat diterima oleh (para) pendengarnya, maka terjadilah konflik. Akibatnya bisa saja ada korban terluka karena konflik yang dipicu oleh kata-kata ini, mungkin satu pihak atau kedua belah pihak, atau malah pihak ketiga yang menjadi korbannya, tergantung intensitas & sebaran konfliknya.

Buat orang yang berbicara asal nyeplos saja dengan alasan bergurau, tanpa berpikir apa dampak dari kata-kata yang diucapkannya, tepatlah apa tertulis dalam Amsal Sulaiman: “Seperti orang gila menembakan panah api & maut”.  Karena tak terarah, maka jatuhlah korban. 

Jadi semestinya memang sebelum berkata-kata perlu lebih dulu berpikir secara bijak.  Supaya kata-kata yang dikeluarkan menjadi perkataan yang membangun.   Lebih dari itu, mungkin ini saatnya kita memeriksa diri:  bukankah “apa yang keluar dari mulut berasaldari hati”?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline