Lihat ke Halaman Asli

Global Warming sebagai Akibat Dari Rusaknya Fungsi Siklus Karbon

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13916890261112226208

Karbon merupakan komponen penting dari semua komponen utama di sistem bumi.

Secara umum, karbon dalam atmosfer berupa karbon dioksida, metana; dalam biosfer berupa materi organik; dalam geosfer berupa mineral karbonat, hidrokarbon; dalam hidrosfer berupa ion bikarbonat seperti gambar di bawah ini.

13917331111443739032

Keberadaan Karbon di Bumi

Siklusbiogeokimia* dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi disebut siklus karbon. Siklus ini merupakan aliran karbon yang saling menghubungkan antara fungsi atmosfer bumi, biosfer, geosfer, dan lautan untuk mengatur iklim planet kita. Ini berarti bahwa sebagai pengatur dari planet Bumi, apa pun yang kita lakukan untuk mengubah fungsi atau keadaan satu sistem Bumi akan mengubah fungsi atau keadaan dari semua sistem Bumi. Jika kita mengubah komposisi atmosfer, kita juga akan menyebabkan perubahan untuk biosfer, hidrosfer, dan geosfer.

1391689536428057235

Siklus Karbon

Apa fungsi siklus karbon?

Menurut seorang Profesor Fisika Lingkungan dari Institut Teknologi Zurich (ETH) Swiss, mengatakan bahwa “siklus karbon di Bumi adalah sebuah siklus yang sangat dinamis”. Artinya siklus tersebut merupakan gejala alam yang seimbang. Fungsi siklus karbon adalah sebagai termostat (pengatur suhu) bumi seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

13916897642017450858

Fungsi siklus karbon

Fungsi karbon sebagai termostat sekarang mulai terganggu karena karbon yang di atmosfer sebagian besar dalam bentuk gas CO2 makin banyak. Hal ini tidak disertai pengurangannya, malah sekarang  untuk pengurangan cenderung menurun. Gas karbondioksida tersebut sangat banyak dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia di seluruh dunia, seperti buangan kendaraan bermotor, pengilangan minyak dan kegiatan-kegiatan industri yang terus-menerus menghasilkan gas karbon dioksida setiap hari. Dengan bertambahnya aktivitas manusia di bumi ini, maka semakin banyak CO2 yang diproduksi, dan tidak terserap oleh alam sehingga menimbulkan pengaruh buruk bagi bumi seperti halnya pemanasan global atau kita sebut global warming. Hal ini berdampak pada iklim Bumi yang berubah. Seperti yang kita rasakan, musim hujan dan musim kemarau di Indonesia sekarang tidak bisa diprediksi. Dahulunya yang musim hujan dapat diprediksi antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau antar bulan April-September, sekarang sulit untuk diprediksi. Dahulu yang bulan Januari memiliki kepanjangan "Hujan Berhari-Hari", sekarang tidak lagi. Inilah bumi kita sekarang. Bagaimana cara kita untuk mengembalikan fungsi siklus karbon? Ada beberapa cara kita mengembalikan fungsi siklus karbon. 1. Memperbanyak jumlah pohon Kita semua pasti sudah tahu bahwa pohon menyerap karbondioksida untuk melakukan proses fotosintesis, maka makin banyak pohon makin banyak pula karbondioksida di atmosfer yang terserap. Untuk pohon yang memiliki daya serap karbondioksida yang paling baik adalah pohon trembesi. 2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor Tanpa kita sadari penggunaan kendaraan bermotor merupakan penyumbang karbondioksida di atmsofer paling tinggi, maka untuk mengembalikan fungsi dari siklus karbon kita harus mengurangi penggunaanya. Kita bisa menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk tempat yang dekat. 3. Melestarikan terumbu karang dan organisme laut Kita tidak menyadari bahwa laut juga berperan penting dalam pengurangan karbondioksida di atmosfer. Mengapa? karena dalam laut terdapat organisme laut yang juga melakukan fotosintesis seperti terumbu karang. Untuk memaksimalkan pengurangan karbondioksida melalui laut maka kita harus menjaga dan melestarikan organisme laut seperti terumbu karang. *Siklus biogeokimia atau biogeochemical cycle adalah suatu siklus besar yang terangkai secara harmonis dari gabungan antara siklus gas, siklus biologis dan siklus geologis di dalam suatu ekosistem Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline