Lihat ke Halaman Asli

AF Juga Tau, Empat X Factor Agar Harga Daging Turun

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harga daging mengila, pemerintah tidak mempunyai antisipasi untuk meredam gejolak harga. Kartel yang selama ini dibidik dari kebijakan akankah berubah bentuk, dari regulasi yang diciptakan menjadi kartel-kartel baru di negeri agraris ini. Siapa kartel baru ini? Apakah pengusaha baru, pemerintah sendiri, ataukah masih partai putih

Harga daging saat ini tidak mencapai rp 90.000, itu bohong besar. Karena demand terganti oleh barang subsitusi. Tapi harga sapi naik terus tidak tertahan, sampai per hari ini harga karkas masih bertahan di rating 70.000-73000 dengan garapan porosot kulit, mungkin karena bendungan feedlot dengan kekuatan uang dan garansi perbankan yang tidak terbatas, stock sapi tertahan di kandang-kandang plasma feedlot, akibatnya harga melambung tinggi.

Beberapa item yang melonjak harganya adalah kulit yang sampai hari ini menembus angka Rp. 23000/kg, harga kepala sapi yang sudah mencapai Rp.27.500. harga tetelan yang sudah menembus Rp. 45.000. lalu apa langkah pemerintah untuk membuat daging dengan harga turun akan terealisasi dengan gampang seperti meluncurnya harga bawang putih dalam waktu satu bulan dan apa kesalahan kebijakan yang akan dijalankan !!!

x Factor yang membuat daging bisa turun

1.Ditambah bukan hanya dimajukan quota sapi impor dan membuka keran sapi trading, bukan hanya bakalan.

Kalau harga sapi impor hidup turun dengan suppy sama dengan tahun 2010 diyakini 100% harga daging bakal turun, karena kalau hanya daging impor saja yang ditambahkan quotanya belum tentu harga di tingkat konsumen akhir akan turun.

Selama perkembangan daging impor daging sapi/ sapi impor hidup masuk belum pernah ada harga daging sapi turun, yang ada harga daging naik dari tahun ke tahun.

Pemajuan realisasi impor juga belum tentu akan merubah harga daging di tingkat pasaran, karena yang terjadi adalah penghematan bahan bakar se efisien mungkin bagi pengusaha dan pelaku usaha untuk bulan-bulan berikutnya setelah lebaran, quota yang setahun dicanangkan belum diputuskan akan di tambah seluruhnya.

2.Membebaskan impor jeroan, 65cl ke bawah, dan daging sapi variasi

a. Daging sapi variasi : bagian selain karkas ternak ruminansia sehat yang yang telah disembelih secara halal, terdiri atas lidah, buntut, kaki, dan bibir yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi manusia.

b. Jeroan adalah jantung dan hati yang berasal dari sapi

c. 20cl/ fat trimming/ tetelan/koyor, 50cl, dan TONGROOT/kerongkong sapi

pemakian primecut/impor daging steak, tidak sebesar 3 item di atas hampir 80 % yang di gunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah dengan produk unggulan dari : warung nasi, tukang sate, tukang/pabrik bakso sapi.

3.Menambah supply dan mempercayakan kepada mekanisme pasar yang sudah baik yang terangkai berpuluh-puluh tahun

dengan adanya bulog yang merupakan badan yang akan menyalurkan daging sapi, pemerintah akan melakukan rally-rally panjang ini akan memakan biaya cukup besar.

Pertanyaan yang harus di jawab dalam waktu cepat adalah

a.Mekanisme penyaluran daging

b.Asset teknis dari mulai gudang penyimpanan, mobil pendingin, frezer, SDM, biaya perbankan, akan menjadi hitungan yang tidak sedikit, hati-hati ada babak baru korupsi

c.Kecepatan waktu menjelang lebaran, ini sudah mepet.

Dengan posisi seperti ini yang paling mudah adalah memperbesar supply saja. Pasti harga akan turun. Gitu saja kok repot…. Biarkakan mekanisme pelaku usaha yang menjalankan, bagaimanapun mekanisme ini sudah terbentuk sebegitu baik.

Dengan posisi sekarang ini kemungkinan besar sebagai orang-orang sawah yang hanya menakut nakuti pelaku usaha agar harga daging turun. Tapi ya di cek ke lapangan realitanya harga sapi sudah tidak normal, stock daging di gudang-gudang kosong.

4.Subsidi daging tidak terkonsentrasi di ibukota, karena harga daging sudah menasional

Bukan hanya DKI Jakarta saja yang perlu di subsidi. Dari pemakaian 5 tahun ke belakang juga Jawa Barat lah yang merupakan konsumen terbesar daging impor. Jawa Tengah, jawa timur yang merupakan sentra daging sapi juga memiliki harga daging yang lebih tinggi atau setara dengan DKI, jadi apabila subsidi ini terkonsentrasi di ibukota, sangat tidak realistis mengingat harga sapi, harga daging sapi ini sudah menasional. Dengan sarana komunikasi yang sudah tersedia petani peternak saat ini sudah punya blackberry, rata semua harga baik di ibukota maupun sentra produksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline