Lihat ke Halaman Asli

Aretha Cynzia Zivanka

MAHASISWA - UNIVERSITAS AIRLANGGA - ILMU HUKUM

Pengaruh Kesehatan Mental di Dunia Perkuliahan

Diperbarui: 26 November 2024   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan ini kasus kesehatan mental sangat booming di dunia perkuliahan, hal ini ditandai dengan tidak jarangnya mahasiswa yang stress hingga mengakibatkan banyak tragedi bunuh diri. Masa perkuliahan memang tergolong masa transisi yang penting dalam hidup, banyak mahasiswa yang tertekan akibat beberapa faktor yang diantaranya menyebabkan gangguan kesehatan mental, dimana hal tersebut biasanya ditandai dengan perasaan yang gelisah, kurang nyaman atau cemas di setiap masa perkuliahan. Namun, sayangnya hal ini sering diabaikan, padahal semua tanda -- tanda gangguan kesehatan mental sangat berpengaruh pada masa studi dan mengganggu performance akademik, hingga parahnya dapat mengakibatkan putus kuliah. WHO melaporkan data sekitar 300 orang di dunia telah mengalami depresi, dimana 5,2% nya berasal dari Indonesia.   

Salah satu faktor pemicu gangguan kesehatan mental pada mahasiswa, yaitu tuntutan akademik yang tinggi baik dalam jadwal kuliah yang padat maupun deadline tugas yang mepet dan menumpuk. Tekanan dalam hal akademik yang harus tampil "sempurna", seringkali membuat para mahasiswa memiliki perasaan cemas yang berlebihan dan berujung pada gangguan mental, seperti depresi atau burnout. Selain itu, mungkin bagi beberapa mahasiswa dunia perkuliahan merupakan lingkungan baru yang cocok untuk mulai beradaptasi, namun beberapa sisanya justru malah merasakan dengan adanya peralihan lingkup yang berbeda, membuatnya kesepian karena merindukan rumah asalnya (homesick), bahkan ada yang merasa terisolasi.

Mungkin sekarang, kasus mengenai gangguan kesehatan mental pada mahasiswa sudah dapat dimaklumi dan diterima di lingkungan masyarakat, sayangnya fasilitas dan layanan untuk mendukung kesehatan mental para mahasiswa di beberapa universitas belum sepenuhnya terakses dengan baik, hal itu membuat banyak mahasiswa masih enggan untuk bercerita karena malu atau takut dianggap lemah oleh orang sekitarnya.

Pentingnya menjaga kesehatan mental di dunia perkuliahan, terutama bagi mahasiswa - mahasiswa yang menginjak pertengahan semester ataupun akhir semester. Salah satu langkah utama yang harus dilakukan oleh pihak universitas ialah menciptakan lingkungan yang terbuka bagi para mahasiswa untuk berdiskusi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental dan mendorong mereka untuk saling mendukung satu sama lain. Selain itu, juga sangat penting dalam terlibatnya peran orang tua untuk membantu meminimalisir tingkat kecemasan anaknya yang sedang menginjak masa - masa "quarter life crisis". 

Semua mahasiswa dianjurkan untuk dapat memanajemen waktu dengan baik agar dapat menjaga keseimbangan antara belajar, bersosialisasi, dan merawat diri. Selain itu, melakukan aktivitas yang sesuai dengan passion, menjaga waktu tidur dengan baik, dan berolahraga secara rutin dapat menjadi teknik manajemen stress. Mahasiswa juga harus di dorong untuk belajar terbuka dan mencari bantuan jika dirasa sudah sangat dibutuhkan karena memendam masalah sendirian tidak dapat membantu keluar dari masalah justru hal tersebut akan memperparah keadaan emosional dalam diri sendiri. Kesehatan mental yang baik dapat berkontribusi dalam mempengaruhi keefisienan pembelajaran yang lebih efektif serta pembentukan individu yang lebih seimbang dalam menghadapi kehidupan saat ini dan berlanjut di kehidupan setelah masa perkuliahan selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline