Lihat ke Halaman Asli

Mengatasi Body Dissatisfaction Pada Pengguna Media Sosial dengan Self-Talk

Diperbarui: 29 September 2021   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Areta Rahma Safitri - 202110230311132

Di jaman sekarang ini, media sosial sudah tak asing lagi di telinga kita. Bahkan hampir semua orang memilikinya. Sayangnya, tak semua dampak yang diberikan oleh media sosial ini bersifat positif. Salah satu contohnya yaitu persepsi  yang dapat dengan mudah dikendalikan oleh media sosial. Ada berbagai hal di media sosial yang dapat menyebabkan penampilan ideal akan terinternalisasi menjadi standar ideal yang harus dicapai.

Hal ini dapat menimbulkan body dissatisfaction pada seseorang sehingga terciptanya rasa tidak percaya diri. Seseorang yang memiliki penilaian positif terhadap penampilan fisik mereka disebut body satisfaction, sedangkan seseorang yang menilai penampilan fisik mereka secara negatif dan menimbulkan terjadinya perbedaan jauh di antara penilaian terhadap tubuh aslinya dengan gambaran tubuh idealnya, disebut dengan body dissatisfaction (Grogan, 2008 dalam Andini, 2020).

Hubungan yang terjadi antara media sosial dan body dissatisfaction merupakan hubungan positif, dimana ketika kegiatan di media sosial tinggi maka body dissatisfaction juga akan tinggi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi body dissatisfaction yaitu jenis media sosial yang digunakan, respon yang didapatkan dari unggahan baik komentar maupun likes, serta durasi penggunaan media sosial. Adanya pengaruh media sosial terhadap body dissatisfaction ini dikarenakan adanya perbandingan sosial, dan suasana hati seseorang setelah melakukan kegiatan di media sosial (Andini, 2020).

Body dissatisfaction yang dialami pada individu ini akan memberikan dampak yang negatif dan dapat mempengaruhi psikologis individu tersebut. Dampak yang dihasilkan pada individu dalam memberikan penilaian dirinya sendiri tidak lah baik, sehingga diperlukan adanya solusi terkait cara mengatasi pemikiran irasional pada body dissatisfaction.

Salah satu solusi untuk mengatasi body dissatisfaction yaitu self-talk. Self-talk merupakan pembicaraan atau dialog yang dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri. Mengapa Self-talk? Karena self-talk adalah salah satu dari rational emotive behavior therapy yang memiliki tujuan untuk merubah ide-ide irasional menjadi rasional, sehingga dapat mengubah pandangan negatif mengenai perasaan dan keinginan untuk tampil sempurna sesuai dengan harapan dan tuntutan dari lingkungannya (Iswari, dkk., 2005).

Self-talk sudah banyak diuji dalam hal keefektifannya, misalnya dalam studi terbaru (Aura, 2003 dalam Iswari, dkk., 2005), dimana para pediet menggunakan kalimat penegasan positif dan berhasil menurunkan berat badan 3 kali lebih banyak dan memiliki kemungkinan lebih besar dalam mempertahankan berat badan yang turun. Hal ini cukup membuktikan bahwa self-talk berpengaruh besar dan dapat dicoba untuk mengubah pandangan negatif mengenai tubuh atau body dissatisfaction (Iswari, dkk., 2005).

            Ada hal-hal yang harus diperhatikan dan diingat dalam pelaksanaan self-talk dalam bentuk afirmasi menurut Pearson (2001, dalam Iswari, dkk., 2005), yaitu:

1. Self-talk berupa afirmasi positif sebaiknya menggunakan kata ganti orang pertama, contohnya "aku", "saya". Hal ini bertujuan untuk mengontrol hal yang dapat dikontrol, yaitu diri sendiri, karena kita tidak selalu dapat mengontrol hal-hal yang ada pada diri orang lain. Yang dimaksud disini ialah self-talk atau afirmasi berisi tujuan, keinginan, dan nilai -nilai dari diri sendiri, bukan orang lain.

2. Afirmasi ditujukan untuk saat ini, karena apabila afirmasi dibuat dalam bentuk masa mendatang, pikiran tidak akan menganggap penting untuk diproses "sekarang". Setelah afirmasi dibuat dalam bentuk saat ini, contohnya "saya merasa cantik", afirmasi dirubah menjadi bentuk proses, contohnya "semakin hari saya merasa semakin cantik".

3. Afirmasi yang dibuat bersifat realistis sehingga dapat lebih diterima oleh pikiran. Mulailah dengan hal yang mudah untuk dicapai, lalu meningkat secara perlahan. Contohnya yaitu "kepercayaan diriku cukup baik" tampak lebih realistis daripada "saya selalu percaya diri di setiap waktu".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline