Lihat ke Halaman Asli

Menembus Badai di Gunung Sumbing

Diperbarui: 22 April 2021   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

View dari Gunung Sumbing Via Kaliangkrik/dokpri

Mendaki gunung adalah aktifitas yang harus kamu coba minimal sekali seumur hidup. Dengan mendaki gunung kita dapat melihat betapa kecil kita di semesta ini. selain itu mendaki gunung juga dapat memberi kita pelarajan yang sangat berharga, seperti mendadak menjadi pencinta alam. Gunung Sumbing yang terletak di Jawa tengah ini merupakan  Gunung tertinggi ketiga dipulau jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Semeru yang harus kamu coba taklukkan. 

beberapa waktu lalu, tepatnya pada hari senin tanggal 11 April 2021 lalu. Kami yang hanya beranggotakan dua orang saja memulai pendakian Gunung Sumbing Via Kaliangkrik. saya yang baru pertama kali melakukan pendakian tentunya ini hal yang sangat mendebarkan sekaligus antusias, karena sudah lama sekali ingin mencoba mendaki gunung. saya temani seorang yang sudah berpengalaman mendaki dan Gunung Sumbing ini merupakan gunung ke 36 yang ia daki. Bersyukur ia mau mengajak saya mendaki waktu itu. Setelah melakukan pendaftaran di Basecamp Kaliangkrik, kami memulai pendakian dengan menggunakan jasa Ojek yang ditawarkan oleh penduduk desa dalam rangka menghemat waktu, tenaga dan turut membantu ekonomi warga setempat. tarif yang dikenakan untuk menggunakan jasa ini waktu itu Rp. 20.000 saja. kita akan diantar dari Basecamp langsung menuju Pos 2. 

Sekitar Jam 13.00 Kita sampai di Pos 2. Trek pendakian tentu saja mesih landai, dikiri kanan perjalanan banyak pohon cemara dan kami banyak menemui mata air. selama pendakian cuaca sedikit gerimis, mengingat kami melakukan pendakian ini di musim hujan. setelah kurang lebih duaj jam melakukan pendakian kami sampai di pos 3, dimana kita  disarankan untuk menginap disini. karena letak kondisi sana memang sedikit terlindungi jika ada badai datang. hujan pun turun lumayan deras, kami pun bergegas mendirikan tenda. tetapi, setelah dipikir-pikir jarak dari pos 3 ke puncak nanti masih sekitar 3-4 jam. kami pun memutuskan untuk lanjut ke pos 4, mengikuti dua pendaki lainnya yang juga ingin lanjut ke pos 4. 

trek menuju pos 4 lumayan panjang, ditambah hujan dan angin mengguyur tubuh kami. tanah becek dan bebatuan menghiasi perjalan kami. sabana pun mulai terlihat, dan jarang sekali ada pohon. ini lah yang harus diwaspadai oleh pendaki yang mendaki pada musim hujan selain kedinginan hebat yaitu tersambar petir. beruntung hal itu tidak menimpa kita waktu itu. beberapa kali kami melewati sungai yang sewaktu - waktu bisa muncul air bah dan menghantam kita dari atas. kami pun berjalan dengan waspada dan hati - hati. 

setelah dua jam, kami pun sampai di Pos 4. kondisi disana terbuka sekali, sedikit sulit mendirikan tenda disana karena hujan dan angin kencang ditambah lagi kami sudah cukup kedinginan. akhirnya secangkir hangatnya kopi cukup untuk menambah energi kembali. selama camping di Pos 4 badai tak henti-hentinya menghantam tenda kami. tak terhitung berapa kali kami terpaksa keluar tenda untuk memperbaiki patok tenda yang tercabut akibat angin kencang. hal ini terjadi sampai esok pagi, angin kencang belum juga berhenti. beruntung cuaca sedikit cerah kami dapat menikmati sunrise dengan view hamparan tiga gunung berjejer seolah menyapa selamat pagi kepada kami. 

Setelah mengisi perut dan menikmati sunrise sebentar, kmai melanjutkan perjalanan ke puncak. estimasi perjalanan sekitar 1 jam untuk mencapai puncak sejatinya gunung sumbing. walau hujan dan angin yang kencang, kami bertekad untuk sampai puncak. kondisi jalan ke puncak sangat terbuka, jarang sekali ada pohon walaupun ada cuman ada pohin yang sudah kering tersambar petir. sedikit ketakutan menyelimutiku waktu itu, takut tersambar petir atau mungkin diterbangkan angin. Setelah 30 menit perjalanan, suara gemuruh angn dari puncak terdengar sangat kencang.  tak berhenti aku berdoa agar bisa selamat dipendakian ini. 

1 jam berlalu, akhirnya kami mencapai puncak sejati dengan jalan merangkak. karena tidak memungkinkan untuk berjalan berdiri, angin dan hujan rintik sangat deras dipuncak. hampir saja aku diterbangkan oleh angin saat mencoba berdiri. tak ada pemandangan yang terlihat dari puncak. kabut di puncak sangat tebal hampir tak kelihatan apa - apa kecuali kabut yang menyerupai dinding putih tebal mengelilingi puncak sejati.

setelah berfoto sebentar, kami pun memutuskan untuk turun. hujan dan badai semakin menjadi, seolah pertanda kami harus segera turun. perjalan turun ke pos 4 hanya memakan waktu 40 menit saja. kami sedikit berlari kecil saat turun. karena takut badai dipuncak turun membasahi kami. setelah sampai di pos 4 kami melihat tenda kami sudah hampir roboh diterpa angin. beruntung masih dapat bertahan karena barang - barang didalam nya.

kami pun bergegas untuk berkemas, lalu melanjutkan perjalanan pulang. Sedikit kecewa karena terkena badai saat di puncak. tapi tak apalah, karena sejatinya mendaki gunung bukan soal puncak dan pemandangannya. namun, karena proses mendakinya. dengan mendaki gunung kita sadar bahwa betapa kecil kita manusia di alam semesta ini.  perjalananpun lancar dan selamat hingga kami kembali ke jogja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline