Catatan ramadhan ke 27
Hari ini ke dua puluh tujuh ramadhan. Tiga langkah lagi kita akan pergi meninggalkannya. Sudah menjadi tradisi setiap akan merayakan Iedul Fitri, anak-anak minta baju baru. Sebenarnya bukan anak-anak saja, biasanya setiap lebaran ada yang pesan family set.
Sebenarnya tidak wajib memakai baju baru, baju lama pun kalau masih bagus bisa buat merayakan lebaran lagi. Yang penting baju bersih dan wangi ketika buat sholat Iedul Fitri. Tetapi begitulah dunia anak-anak, bila lebaran tidak memakai baju baru hatinya akan sedih dan tidak bersemangat untuk merayakan hari kemenangan.
Hari ini si kakak bertanya lagi, kapan kita akan membeli baju lebaran bunda, lebaran kurang tiga hari lagi. Bunda sibuk membuat kue, mengecat rumah, bersedekah, mengirim nenek di kampung, dan belanja untuk persiapan lebaran tetapi baju kakak belum dibeli. Sebenarnya saya agak sedikit kaget ditanya seperti itu sama anak sulung. Sengaja tidak belu baju baru lagi karena baju lebaran family set baru 3 kali pakai. Saya ingin mengajarkan untuk tidak mubazir dan beli sesuai kebutuhan.
Lalu adiknya yang baru pandai bercerita juga menimpali, " iya loh bunda, masa kita yang punya ayah dan bunda tidak bisa beli baju baru sementara teman adik yang tidak ada ayahnya saja beli baju baru", hmm... menghadapi protes mereka akhirnya luluh juga hati saya. Akhirnya saya pesankan baju warna putih untuk sholat Iedul Fitri saja. Harganya lumayan mehong alias mahal, tetapi biarlah asal anak-anak bahagia. Uang THR hampir tak bersisa, untuk keperluan lebaran yang begitu banyak. Kalau diingat ini hanya setahun sekali jadi lepas tak ada beban. Namanya juga tunjangan hari raya, ya harus untuk hari raya.
Setelah membelikan mereka baju untuk hari raya, saya juga memberikan wejangan agar selalu hidup sederhana dan tidak berlebihan. Karena di luar sana masih banyak orang yang kekurangan. Kalau bunda sibuk membuat kue dan persiapan lebaran tujuannya adalah untuk menjamu tamu agar mereka bahagia saat datang ke rumah kita. Karena memuliakan tamu juga sunah Rosul.
Sesungguhnya, bila kita mau merenungkan semua peristiwa di muka bumi ini. Kehidupan kita sama dengan kehidupan bumi itu sendiri selalu berotasi dan pada akhirnya terhenti menemui Tuhan Nya. Ketika kita mendapatkan uang yang banyak, sebenarnya kita ini hanya sebagai perantara untuk saling berbagi terhadap sesama. Di situlah proses kehidupan akan terus berjalan sesuai sunah Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H