Lihat ke Halaman Asli

Ares Faujian

Guru SMA Negeri 1 Manggar Prov. Kep. Bangka Belitung

Koneksi Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya Sekolah

Diperbarui: 14 Mei 2023   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbedaan Pendekatan Berbasis Kekurangan dengan Pendekatan Berbasis Kekuatan.Sumber: Modul 3.2 Pendidikan Guru Penggerak

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Calon Guru Penggerak mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ialah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran dalam memetakan dan memanajerial (mengolah) sumber daya yang ada di sekolah, yakni berupa aset/ kekuatannya sehingga ihwal ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah atau pendidikan. Pemetaan sumber daya ini bisa dilakukan melalui asesmen formatif, observasi, diskusi, rapat, survei/ pengisian kuesioner, dll. Sedangkan pengelolaannya dapat melalui rapat dewan guru, perencanaan dan eksekusi program sekolah, pelaksanaan evaluasi program, hingga rencana tindak lanjut.

Sekolah ialah adalah manifestasi interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) dalam lingkup pendidikan. Sehingga dalam implementasi sebagai guru di kelas/ sekolah, kita harus bisa mengklasifikasikan perbedaan-perbedaan ini. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah murid, kepala sekolah, guru, staf/ tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat, dinas terkait, hingga pemerintah daerah. Selain itu ada pula faktor-faktor abiotik, yaitu keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam. Faktor biotik dan abiotik ini merupakan keselarasan yang harus ada untuk menciptakan sistem dan pergerakan yang baik. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan implementasi program-program kependidikan bagi guru di kelas, sekolah dan masyarakat.

Adanya komponen biotik dan abiotik sebagai kekuatan untuk sekolah dapat dijabarkan dan  dipetakan menjadi 7 modal utama sumber daya sebagai aset atau kekuatan, yakni:

  • Modal manusia, yakni keberadaan manusia dalam kualitas dan kualitasnya;
  • Modal sosial, yakni keberadaan kondisi sosial baik itu norma, jaringan, kelompok, dan organisasi sosial yang mendukung;
  • Modal politik, yaitu keberadaan sistem, kebijakan, aturan, pengaruh, dan kemampuan kelompok dalam mendapatkan koneksi politik;
  • Modal agama dan budaya, yaitu keberadaan agama dan budaya dalam hal deskripsi praktik-praktik, lembaga, komunitas, hingga pola perilaku dan kebiasaan dalam lingkup agama dan kultural;
  • Modal fisik, yakni berkaitan keberadaan gedung dan fasilitas pendukung yang ada;
  • Modal lingkungan/ alam, yaitu keberadaan potensi bumi dan lingkungan sebagai media pendukung;
  • Modal finansial, yakni keberadaan aspek keuangan, baik itu berupa pendapatan, investasi, sponsor, tabungan dan hal lainnya dalam pengeloaan sumber daya.

Pemanfaatan 7 modal utama sebagai kekuatan/ aset di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki pola pikir pendekatan pengelolaan aset di kelas, sekolah dan masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan agar sekolah maju dan berkembang sesuai kekuatan aset yang dimilikinya.

Dalam implementasi mengelola kelas, sekolah dan masyarakat sekitar, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan seorang pemimpin pembelajaran, antara lain:

  • Pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit-based approach), yaitu pendekatan yang memiliki perhatian pada kekurangan, yang mengganggu, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang dimiliki ini mendorong pada cara berpikir negatif, sehingga fokusnya ialah mengatasi semua kekurangan. Misalnya, mengidentifikasi dan mengeluhkan fasilitas sekolah yang kurang lengkap, ketersediaan SDM yang terbatas, buku yang kurang lengkap, atau hal lainnya.
  • Pendekatan berbasis aset (asset-based approach), yakni pendekatan yang memiliki fokus pada kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri, yang mana pendekatan ini merupakan cara menemukenali hal-hal positif dalam kehidupan. Sehingga pendekatan ini memusatkan pada yang berjalan baik, yang potensial, yang menjadi inspirasi atau yang menjadi kekuatan. Misalnya, SDM yang muda dan energik, bangunan fisik yang memadai, kuantitas guru yang kompeten untuk proses pembelajaran, dll.

Menurut Green & Haines (2010), berikut adalah deskripsi penjelasan cara pandang pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset. Seorang pemimpin pembelajaran sebaiknya mengetahui perbedaan-perbedaan ini. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengelolaan sumber daya dengan pendekatan yang tepat.

Asset-Based Community Development (ABCD) atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) adalah pendekatan lainnya yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Pendekatan ini menekankan dan mendorong komunitas (sekolah) untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya, serta membangun keterkaitan dari kekuatan-kekuatan aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna untuk pembelajaran di kelas, lingkup sekolah dan masyarakat sekitar. Kretzman (2010) berasumsi, kedua peran penting ini adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline