Lihat ke Halaman Asli

Thomas Satriya

Sedang mengetik ...

Puisi | Oleh-oleh

Diperbarui: 17 Juni 2019   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Dari burung-burung malam yang hitam aku mendengar cerita:
tentang benih ancaman dan ketakutan yang disisakan oleh penghujung abad yang lalu,
tentang sisa kepedihan dan kesesakan yang tajamnya melebihi kepulan belerang di kawah Ijen,
tentang gurih manis dan pahit kehidupan yang ditawarkan udang-udang galah dan kepiting bakau di teluk Pang-Pang

Dari burung-burung laut yang putih terang aku memetik kabar:
tentang degub kencang hidup yang layak  dirayakan di arung perahu Petik Laut perairan Muncar,
juga tentang anggun dan berwibawa bulu merak dan kokok ayam hutan Alas Purwo yang mengiring tarian Gandrung di Sembulungan

Dari Mutiara Timur aku mendengar nyanyian sendu Sritanjung:
tentang nada tempaan roda besi menggilas batang baja yang membujur kaku dari Surabaya hingga Rogojampi,
tentang ketukan roda kereta dan patahan rel yang menempo sunyi,
juga tentang kebun coklat dan kopi yang ingin mencipta simfoni hari ini

Dengan mata hati aku hanyalah rumput:
yang kagum kepada pelangi,
yang belajar mengeja aksara agung Gunung Raung bersama kekhidmatan tulus daun mahoni

Dengan mata nurani
aku ingin memuja semesta,
juga Engkau
Sang Pencipta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline