Perjalanan panjang siang hari dari Malang untuk menjemput istrinya di Bantul sungguh melelahkan.
Di tepi hutan jati di Caruban, Parto pun istirahat di sebuah warung kecil penjual minuman-makanan ringan, dan cinderamata layangan.
Sambil menyeruput es degan, Parto memperhatikan dua buah layangan bergambar Kuntilanak dan burung hantu.
"Apa ada yang beli layangan seperti ini, Mbak?" tanya Parto pada penjual es degan yang juga menjual layangan tersebut.
"Ya ada saja untuk kenangan," jawab si penjual agak cuek.
"Sayang sekali Kuntilanaknya berderai air mata darah. Coba kalau tersenyum tentu lebih menarik."
"Menarik seperti aku ya, Mas..." jawab Si Mbak sambil menoleh dan tersenyum ke arah Parto.
"Ha... ha... ha... iya..." sahut Parto sambil meneruskan seruputan es degan.
Tetiba Parto terkesiap membayangkan wajah Si Mbak mirip wajah perempuan yang tergambar di layangan hanya saja rambut panjangnya digelung dan daster yang dikenakan motif polkadot.