Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Tari Bambangan Cakil di Bangsal Sri Menganti, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Diperbarui: 6 Mei 2024   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tari Bambangan Cakil. (Dok Mbah Ukik)


Buta Cakil merupakan sosok raksasa dalam dunia pewayangan yang selalu menggoda para kesatria muda yang sedang bertapa. 

Kesatria yang dimaksud di sini lebih mengarah pada diri Raden Arjuna.

Perang antara Buta Cakil lawan Raden Arjuna disebut perang kembang karena hanya merupakan kisah carangan atau kembang sekedar memperindah pertunjukan wayang. 

Dalam wayang kulit keindahan tampak ketrampilan dalang dalam memainkan wayang tokoh Buta Cakil.

Dalam wayang wong keindahan tampak pada penari yang memerankan Buta Cakil yang bergerak lincah atraktif dan harus menguasai seluruh panggung pementasan.

Keatraktifan Buta Cakil menggambarkan nafsu serakah menggelora dari dalam diri yang harus dikendalikan, dilawan, dan dikalahkan oleh kesatria itu sendiri.

Pada akhir perang kembang Buta Cakil mati terbunuh oleh keris senjatanya sendiri ketika akan membunuh kesatria yang digodanya.

Nafsu dan godaan para kesatria bukan hanya pada tokoh Buta Cakil saja tetapi juga raksasa-raksasa yang menghadang saat melaksanakan tugas.

Dalam pertemuan dan perang kembang Buta Cakil dan para raksasa melawan kesatria muda (Jawa: Bambang) jarang terjadi dialog. Kecuali ocehan Buta Cakil untuk menggoda para kesatria.

Awal 2023, di Bangsal Sri Menganti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ditampilkan fragmen Tari Bambangan Buta Cakil.

Ini merupakan pertunjukan langka atau setidaknya sudah jarang ada lagi mengingat pertunjukan wayang wong kurang diminati lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline