Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Sampai Kapan Bangunan Masa Kolonial Belanda Bertahan?

Diperbarui: 8 Desember 2023   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekas gedung Pengadilan Negeri Malang yang masih bertahan. | Dokpri 

Sampai kapan gedung dan rumah gaya kolonial Belanda bisa bertahan?

Pertanyaan ini sering terlontar di antara pemerhati sejarah gedung dan rumah kolonial saat berbincang-bincang. Bahkan orang awam yang sekedar tertarik akan gaya bangunannya yang cantik dan anggun juga bertanya tentang ini.
Saat sebuah komunitas berkumpul dan mencari info tentang bangunan kolonial di tempat penulis mengabdi, penulis berani mengatakan bahwa rumah dan gedung tak bersejarah tidak lebih dari 25 tahun akan hilang.

Kurang perawatan. | Dokpri 

Tak dihuni | Dokpri

Tak dihuni lagi. Bekas milik Paultje Willems van Beverens administratur Suikerfabriek Soemberkareng atau Pabrik gula Sumberkareng Probolinggo. | Dokpr

Alasan pertama bangunan telah lapuk termakan usia.
Lapuknya tembok karena rembesan air yang naik atau adanya kapilarisasi dari pondasi. Juga rembesan air hujan dari genteng yang tidak sepenuhnya mengalir jatuh tetapi merembes ke kerangka kuda-kuda yang terbuat dari melalui pori-pori genteng yang keropos termakan jaman.
Merenovasi total tentulah lebih banyak memakan waktu dan beaya.
Alasan kedua kebutuhan ruang yang minimalis saat ini sangat mendesak. Sedang tata ruang bangunan gaya kolonial terlalu banyak sekat.
Alasan ketiga tidak setiap bangunan gaya kolonial Belanda selalu mempunyai nilai sejarah perjuangan selain sejarah kepemilikan dari pejabat atau pengusaha kolonial lalu menjadi milik seorang warga biasa.
Bahkan ini juga terjadi pada gedung milik komunitas tertentu yang juga mempunyai sejarah panjang perjuangan.
Misalnya di Malang, Penjara Wanita dan SD Dianamin yang berada di pusat atau titik nol kota Malang.
Penjara Wanita dibongkar totak pada 1988 dan kini menjadi pusat pertokoan.
SD Dianamin yang 90% dinding gedungnya terbuat dari kayu besi, kini musnah dan menjadi milik serta menjadi tempat parkir Bank Indonesia cabang Malang.

Bertahan dan dirawat. | Dokpri

Bertahan dan dirawat. | Dokpri

Bertahan. | Dokpri

Pada radius 2 km dari titik nol kota Malang atau sekitar 1 km tempat penulis menjadi tenaga pendidik, rumah-rumah lawas gaya kolonial Belanda sudah berubah wujud dengan bangunan model baru. Ada hotel bertingkat 5, kafe, kantor, dan komplek pertokoan. Hanya menyisakan tak lebih dari 30 rumah dan dua sekolah, yakni SDK & SMPK Kol. St. Yusup dan SMP Negeri III Malang. Khusus di depan sekolah yang tetap bertahan tinggal 5 rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline