Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Memahami Kearifan Lokal Pranata Mangsa dalam Bertani

Diperbarui: 14 September 2023   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengolah tanah di musim pancaroba. | Dokpri 

Berdasarkan penanggalan musim tanam yang dalam budaya Jawa disebut pranata mangsa, pertengahan September hingga pertengahan Oktober disebut mangsa semplah dan termasuk dalam kapat atau ke-4.
Masa ini merupakan masa perubahan dari musim kemarau menuju musim hujan.

Pertanda alam paling nyata atau mudah dilihat adalah mulai munculnya awan atau mendung tipis sekalipun siang hari. Kadang disertai angin yang bisa menimbulkan badai sebab ada perubahan suhu udara dari panas menjadi sedikit lebih dingin. Namun masih kemungkinan kecil turunnya hujan. Jika memang ada hujan turun tidak terlalu lebat dan bersifat lokal.

Mengolah tanah di musim pancaroba. | Dokpri 

Menanam bibit di musim pancaroba. | Dokpri 

Masyarakat tradisional Jawa menyimbolkan dengan istilah waspa kumembeng sajroning kalbu dalam bahasa Indonesia berarti air mata menggenang dalam sanubari.
Maksud dari bahasa simbolis ini manusia (petani) bekerja namun belum bisa menghasilkan dan tak perlu bersedih. Simpanlah kesedihan dalam hati saja.

Maksud dari belum bisa menghasilkan sebab petani pada mangsa kapat atau mangsa semplah ini baru mengolah tanah dan menebar benih bukan bibit.
Kerja keras banting tulang hingga capai terasa lunglai dalam bahasa Jawa disebut semplah. Maka dari itu disebut mangsa semplah.

Irigasi surut namun penanaman tetap terjaga. | Dokumen pribadi 

Penanaman bibit kentang di musim pancaroba. | Dokpri 

Subur. | Dokpri

Subur. | Dokpri 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline