Tulisan ini sedikit mengulang tulisan saya di Kompasiana pada 2014 tentang Kesurupan, Kalap, dan Histeria namun kali ini sedikit tambahan pengalaman sebagai pemain, dukun, dan pengamat permainan tradisional jaranan, atau jaran kepang atau jathilan.
Kesurupan dan kalap.
Seorang pemain jathilan, jaran kepang, kuda lumping, jaranan, atau bantengan kerasukan jika secara sadar sepenuhnya menekan kesadarannya sendiri untuk melakukan dan mengatakan sesuatu dari bisikan seseorang yang dianggap benar atau dianggap pemimpin. Dalam hal ini dukun atau pemimpin dalam permainan tersebut. Entah muda entah tua.
Bisikan maut inilah yang bisa mengurangi kesadaran seseorang sehingga kesurupan dan kalap.
Selain bisikan ada juga yang memanas-manasi (Jawa: ngobong-obongi). Tentu saja dalam permainan tradisional memakai kemenyan atau dupa. Api dalam budaya Jawa mempunyai arti memberi semangat tetapi bisa berarti membakar emosinya sehingga semakin hilang kesadarannya.
Untuk semakin membuat tidak sadar harus diiringi dengan iringan musik dan tetembangan yang membuai sekali pun iramanya dinamis dan menghentak dengan suara kendang. Suara kendang ndang ... ndang... ndang ...tak ndang ... ndang ... tak ndang..tak ndang... tak ndang... bermakna ayo... ayo ... ayo... lakukan.