Seorang ibu wajahnya tampak sedikit memerah dan menahan geram ketika diberitahu wali kelas anaknya bahwa secara umum nilai raport semester turun. Dan berdasarkan catatan si anak tiga hari tidak hadir tanpa pemberitahuan.
Usut punya usut ternyata putrinya bolos sekolah untuk jalan-jalan dengan pacarnya.
***
Kisah di atas bukanlah cerita fiktif belaka. Banyak terjadi pada tingkat pendidikan SMP dan SMA. Bukan pula pada masa lalu tetapi juga masa kini.
Banyak kegiatan sekolah yang tersusun secara rapi dan terstruktur dengan melibatkan semua komponen pendidikan toh ada celah sedikit yang bisa disalahgunakan siswa yang sedang dalam persimpangan jalan menuju kedewasaan.
Daftar hadir di setiap kegiatan yang dilakukan di semua mata pelajaran terutama di luar kelas tidak serta merta menjadi penghalang anak untuk meninggalkan tugas kelompok. Lebih miris lagi meninggalkan sekolah.
Jika ini terjadi tentu saja orangtua bisa menyalahkan pihak sekolah yang dianggap lalai. Kecuali si pelaku yakni siswa memang tidak hadir sejak jam pertama.
Kejadian seperti ini bukan hanya di kota tetapi juga di desa yang banyak celah untuk disalahgunakan.
Sekolah tanpa pagar dan daftar hadir yang kurang rapi dijalankan.
Jangan kaget di tepi hutan atau di jalanan sepi antar desa menemui sekelompok anak putra putri berseragam sekolah duduk-duduk berpacaran. Adakah yang berani menegur atau mengingatkan sekalipun kita bukan guru dan orangtuanya?