Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Suka-duka Hidup di Pinggiran Desa Tepi Hutan Jati

Diperbarui: 15 Oktober 2022   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi.

Di mana bumi diinjak di situ langit dijunjung. Di mana pun kita tinggal harus menyesuaikan dengan adat istiadat setempat. Hidup pun aman, tentram, dan damai.

Termasuk juga dalam pergaulan dengan tetangga. 

Ada tetangga seperti Arjuna dan Dasamuka, Betari Durga dan Banowati, Sengkuni dan Durna, ada juga yang seperti Kresna yang alim tapi suka menipu.

Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.

Sunyi sepi sendiri. | Dokumen pribadi 

Apa dan bagaimana pun sifat tetangga harus diterima dengan lapang dada. 

Pepatah Jawa mengatakan, ora gelem tetanggan uripa ndik alas. Artinya, jika tak mau bertetangga hiduplah di hutan. Jangankan di hutan yang sepi. Di pinggir desa dekat tepi hutan saja bisa seperti hidup di penjara seumur hidup.

Inilah yang saya rasakan saat dua bulan tinggal di pedalaman DIY. 

Adoh lor adoh kidul. Jauh dari mana pun. Jarak rumah tetangga paling tidak lima puluh meter dan terhalang hutan jati atau kebun yang luas. Itu pun ada beberapa rumah yang kosong dan rusak karena anak cucunya telah hidup di kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline