Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Mendung di Jogjakarta

Diperbarui: 11 September 2022   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi.

Ditemani rinai gerimis semalaman ia duduk di dalam becaknya dengan sebuah harapan ada yang datang meminta diantar.
Harapan hanyalah impian yang datang bersama terkatupnya mata ketika hujan makin deras.
Tak terdengar lagi ketipak kereta kuda dan langkah kaki yang menyusuri Malioboro.
Setetes air dari sela plastik kumuh penutup becak menggugahnya dari sebuah impian yang tak tuntas.
Ingin rasanya kembali melanjutkan impian tetapi perut kosong tak mau mengantarnya tidur hingga kereta api pertama Stasiun Tugu pagi itu mengalunkan bel.
Mendung masih menggantung di langit Jogjakarta menutupi harapan datangnya penumpang.
Kantuk kembali mengajaknya bermimpi ketika mentari masih enggan menampakkan diri.
Sebuah tulisan 'Mboten Pareng Lenggah Mriki' dan beberapa petugas ketertiban membuatnya tahu diri.
Hanya di pojok sebuah prasasti ia bisa membangun impian yang tak lama dan tak pernah berlanjut.
Pojok tembok tak pernah melelapkan. Impiannya selalu kandas di ujung jalan Malioboro.

Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline