Salah satu pedagang makanan di rest area dekat Bromo, di banner depan warungnya ditulis aneka makanan dan minuman, salah satunya Sate Kambing. Padahal selama ini tidak pernah menjual sate kambing.
Alasan penulisan tersebut untuk menarik konsumen. Jika mereka memesan akan dijawab 'sudah habis' dan diharap si calon pembeli akan memilih menu lainnya.
Trik ini, banyak dijumpai mulai dari warung K5, depot, kafe, atau pun rumah makan besar di rest area manapun.
Trik ternyata bukan hanya digunakan oleh pesulap mulai dari yang mencari uang di pinggir jalan hingga yang tampil di sebuah media elektronik. Ternyata juga digunakan oleh pedagang makanan dan minuman serta siapa pun yang ingin menarik perhatian.
Ada juga pedagang online di market place yang menjual pakaian dan sepatu dengan merk tertentu yang sudah ternama, tetapi ketika pesanan dikirim bukan merk tersebut.
Ketika dikomplain menjawab dengan enteng 'pesanan dengan nomer, warna, dan merk tersebut sudah habis dan kami ganti yang setara'. Padahal mutu dan bahan jauh berbeda.
Penipuan? Mari kita renungkan.
Di IG lebih bombastis lagi. Dengan membuat judul luar biasa, misalnya 'Siomah Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan' dengan menyertakan foto seorang artis televisi. Padahal Siomah tersebut bukanlah artis atau seniwati yang selama ini kita kenal di dunia entertainment di televisi swasta.
Penipuan? Mari kita renungkan.
Haruskah membuat trik untuk menarik orang lain. Jika hanya untuk sebuah hiburan bagi semua orang tak ada salahnya. Bila untuk kepentingan diri sendiri tentu perlu dipertanyakan.
Misalnya, menulis tentang suatu peristiwa atau keadaan yang tak ada hubungannya dengan Brigadir J atau yang terkait tapi diberi label #brigafir j.
Penipuan? Mari kita renungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H