Sejak Pembangunan Lima Tahun I atau Pelita I pada awal tahun 70an, pemerintah telah gencar mengkampanyekan penggunaan teknologi pertanian dalam rangka meningkatkan produksi pangan.
Setelah lima puluh tahun berjalan, ternyata penggunaan teknologi pertanian khususnya untuk mengolah tanah atau traktor masih berjalan lambat. Para petani masih lebih senang memakai tenaga kerja manusia dan dibantu sapi atau kerbau daripada traktor.
Secara teknis sebenarnya menggunakan traktor lebih cepat dan halus daripada secara tradisional dengan mencangkul dan membajak.
Alasan pertama pemilik traktor masih terbatas sedangkan tenaga kerja manusia yang mempunyai sapi atau kerbau yang bisa membajak sawah masih banyak. Kedua, luas kepemilikan lahan pertanian tidak luas sehingga jika menggunakan traktor serta lahan pertanian atau kebun biasanya daerah perbukitan sehingga dianggap kurang efektif.
Di sisi lain, para petani lebih suka memelihara sapi atau kerbau untuk dijual lagi dan memberi keuntungan serta diambil tenaganya daripada membeli traktor dengan harga setara seekor kambing namun ketika rusak hanya menjadi besi tua yang harganya sangat murah.