Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Satu Jam Penuh Makna Bersama Mas Djati Kumoro

Diperbarui: 10 Mei 2022   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kiriman putri Mas Djati Kumoro

Akhir April 2019, cuaca Jogjakarta demikian cerah tetapi di seluruh tubuh terasa begitu gerah. Apalagi setelah terjebak kemacetan antara Berbah, Sleman hingga Bantul maka niat bertemu dengan salah seorang Kompasianer Bantul pun gagal.

Jarum jam sudah menunjukkan 18.30 ketika saya menelepon seorang Kompasianer Jogja lainnya. Suara mantap di kejauhan terdengar jelas, "Iya saya tunggu Mas, sudah longgar nih..."

Tak ada 30 menit dari Goa Selarong, Bantul dengan gojek saya sudah sampai di Kota Gede, Jogjakarta.

Di depan sebuah masjid, seorang pria tinggi besar daripada diri saya menyambut dengan senyum ramah. Siapa lagi kalau bukan Mas Djati Kumoro. Seorang Kompasianer murah senyum, humoris, ceriah, gesit, dan familiar. 

Kami saling salaman lalu berjalan bersama menyusuri lorong panjang menuju rumahnya.

Di depan rumahnya, sang istri dan putrinya yang masih duduk di SMK menyambut penuh ramah. Tampak mereka masih sibuk atas usaha UMKM yang digelutinya.

Tak banyak pembicaraan resmi selain atas kesenangan kami bersama akan budaya dan sejarah Jawa serta hal-hal yang oleh orang lain disebut klenik. Termasuk tentang keris dan makam leluhur.

Pembicaraan juga sedikit menyentil tentang para Kompasianer yang hebat serta kegayengannya dalam komunikasi walau hanya lewat komen. Selain itu, Mas Djati juga merasa senang mempunyai teman, boleh jadi sahabat, seorang Kompasianer sederhana, yakni Mas Baim Saptaman. Di mana Mas Baim S pernah membantu mengantar ke rumah sakit ketika Mas Djati harus kontrol kesehatan.

Terkesima akan kesederhanaannya dan penguasaan atas materi tulisannya di Kompasiana, kali ini saya betul-betul menjadi pendengar yang cukup setia. Tak banyak yang saya utarakan selain berharap suatu saat bisa berbincang bersama Anhuss, Mas JM, Ustad Gaza, Bain Saptaman, dan Elde serta beberapa Kompasianer humoris bin ndableg lainnya.

Niat tinggal rencana, keinginan saya dan Mas Djati jalan-jalan di hutan rakyat sekitar Goa Selarong untuk mencari jambu kluthuk dan ciplukan kandas gegara pandemi Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline