Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Kala Sukhoi SU 35 Menjatuhkan Bom

Diperbarui: 15 Maret 2022   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahan sendiri. Dokumen pribadi.

Hujan seharian kemarin dan baru berhenti dini hari tadi membuat jalan setapak pematang sawah menjadi becek.
Kayuhan sepeda terasa begitu berat karena licin dan lumpur melekat erat di roda dan tuas rem. Beberapa kali saya jatuh tersungkur dan terpaksa harus menuntun sepeda agar tetap aman. Aman sepedanya. Biar tidak patah jari-jarinya atau forgnya.

Pematang tanah yang jauhnya tak lebih dari tiga kilometer betul-betul menguras tenaga. Apalagi diri ini sedang galau melihat tanaman kobis dikerumuni rerumputan dan gulma. Sulit mencari tenaga pencabut rumput di musim panen kali ini.

Dokumen pribadi.

Di sebuah berem penyekat saluran irigasi, saya merebahkan diri sekedar melepas lelah dan kegalauan.

Masih ada sedikit mendung masih menggantung walau waktu sudah menuju tengah hari. Ingin segera diri ini terlelap diiringi suara gemerciknya air, derit rumpun bambu yang tertiup angin, dan kicau burung yang syahdu lembut mendayu. Tetapi di langit pesawat latih masih saja berputar-putar manuver.

Daerah kami memang tak jauh dari bandara Abdulrahman Saleh Malang. Hanya sekitar enam kilometer saja.
Begitu pesawat-pesawat kecil ini menjauh ganti pesawat Hercules yang bergantian dengan pesawat-pesawat komersial yang meraung-raung.
Kubayangkan betapa riuhnya langit Ukraina yang digempur Rusia dengan berseliwerannya rudal dan pesawat jet tempur yang mengerikan.
Tentu tak ada seorang pun yang bisa menikmati hidup dengan tenang. Apalagi rebahan seperti saya dan kita yang hidup damai saat ini.  

Dokumen pribadi.

Kecuali galaunya hati kita saat ini karena kenaikan harga elpiji non subsidi dan minyak goreng yang langka.

Semilirnya angin membuat diri ini terbuai. Dengan sedikit mengatupkan mata kulihat pucuk-pucuk bambu menari lembut. Dan tiba-tiba saja sebuah pesawat tempur menukik deras di bawah dua pesawat latih kecil. Lalu di atas hamparan sawah menjatuhkan bom.
Kaget ada bom diluncurkan di dekat kami dari pesawat tempur, saya pun lari. Belum satu langkah sudah jatuh di parit.
Segera saja saya bangkit untuk lari lagi.
Sambil mengusap wajah yang basah kulihat istriku tertawa kecil dan berkata,
"Makanya jangan tidur di situ..."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline