Dua minggu sudah perang Ukraina-Rusia berlangsung. Korban jiwa dari kedua belah pihak berjatuhan mengiringi luluh lantaknya perekonomian Ukraina yang hancur dibombardir Rusia. Kegiatan ekspor impor pun lumpuh total.
Rusia yang diboikot dan mendapat sanksi o masih bisa menggeliat dengan kekuatan ekonominya sebagai salah satu negara raksasa.
Lumpuhnya kegiatan ekspor impor Ukraina tentu saja akan membawa dampak signifikan bagi negara-negara yang selama ini ada kerjasama ekonomi dan perdagangan. Salah di antaranya adalah negara kita yang mengimpor gandum dan meslin dari Ukraina.
Berdasarkan data dari BPS seperti yang dilansir oleh Kompas.com, impor gandum dan meslin (tepung gandum) Indonesia dari Ukraina sebesar 2,76 juta ton atau 25,68% dari impor gandum nasional. Nilai ekonomis sebesar 821 juta US $.
Ukraina memang menduduki urutan kedua dalam mengimpor gandum ke Indonesia. Urutan pertama adalah Australia dengan 4,42 juta ton dengan nilai 1,37 milyar US$.
Sementara dampak dari terhentinya kegiatan ekspor impor Ukraina, harga gandum dunia naik sebesar 24%. Sumber: databoks.
Bila hingga satu bulan ke depan perang belum usai atau setidaknya sudah reda namun infrastruktur yang mendukung ekspor impor dari Ukraina belum pulih, maka harga gandum dunia bisa naik lagi.
Indonesia yang sangat membutuhkan gandum dan meslin untuk produksi olahan seperti roti dan mie mau tak mau harus mengimpor dari negara lain yang selama ini memasok seperti: Argentina, Kanada, Brazil, India, Amerika Serikat, dan Rusia.
Apakah akan mengimpor dari Australia yang dinamika hubungan bilateralnya selalu sering membuat Indonesia kecewa ataukah akan mengambil dari Rusia yang nilai impor gandum ke Indonesia selama lima tahun terakhir terus menurun.