Gemercik mata air Watu Gedhe yang jernih di udara yang sejuk tidak serta merta menyegarkan kegundahan hati Ken Dedes. Sebagai seorang putri brahmana yang begitu taat menjalankan agama kini harus hidup berdampingan dengan seorang pengecut.
Secara resmi Ken Dedes memang telah menjadi istri Tunggul Ametung tetapi hatinya tetaplah seorang yang bebas. Tunggul Ametung hanya memiliki tubuhnya tetapi hatinya tak tersentuh.
Bagi Ken Dedes, Tunggul Ametung hanyalah pribadi yang hidup dalam kuasa kegelapan yang terbakar nafsu duniawi.
0 0 0
Di sendang Watu Gedhe, Ken Dedes berendam bukanlah untuk mempercantik diri. Tetapi lebih banyak untuk mengungkapkan kekesalan diri. Setelah semuanya keluar barulah ia berendam menenangkan diri.
Tentu saja ini semakin menyakitkan bagi Tunggul Ametung yang merasa hidup bersama patung. Lebih menyakitkan lagi Ken Dedes sering meledek dengan tingkahnya yang hanya memancing birahi namun tanpa kasih. Sekalipun Ken Dedes mandi bersama para danyang. (Bersambung)
Diolah dari: Pararaton dan Negarakertagama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H